Sabtu, 23 Agustus 2025

Ijazah Jokowi

Kritik Hasil Survei Indikator Soal Ijazah Jokowi, Refly Harun Pertanyakan Motif: Apa Buat Campaign?

Pakar hukum tata negara Refly Harun mengkritik hasil Survei Indikator Politik mengenai kepercayaan masyarakat terhadap keaslian ijazah Jokowi.

(TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)
POLEMIK IJAZAH JOKOWI - Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menemui sejumlah teman seangkatannya semasa SMA di Sumber, Solo, Rabu (28/5/2025). Pakar hukum tata negara Refly Harun mengkritik hasil Survei Indikator Politik Indonesia mengenai kepercayaan masyarakat terhadap keabsahan ijazah milik Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). 

"Kan kita tahu bahwa banyak orang sekali yang, maaf kata ya, dibayar untuk mengkampanyekan bahwa ijazah Jokowi asli," jelasnya

"Itu beda sama masyarakat yang biasanya yang ngomong apa adanya," lanjutnya.

Selanjutnya, Refly Harun mengkritik metode random sampling yang dipakai Indikator Politik Indonesia dalam survei tersebut.

"Yang berikutnya adalah, kalau saya lihat random ya? Saya kok agak sedikit mengkritik random samplingnya karena yang dijangkau kan sesungguhnya adalah orang-orang yang punya HP dan kemudian itu berasal dari database saja, database Indikator," ujar Refly.

"Makanya saya agak mengkritik randomnya, saya kira patut dipertanyakan. Kedua, berikutnya adalah phone survei itu kan bias terhadap orang-orang yang bisa dicapai dengan telepon," lanjutnya.

Kemudian, Refly mengkritik bentuk pertanyaan pada survei, yang menurutnya terlalu kuat.

Pertanyaan yang disorot Refly adalah 'Anda percaya Jokowi memalsukan ijazah?'.

Menurutnya, responden tidak akan tega jika blak-blakan menjawab 'percaya' untuk pertanyaan tersebut.

"Nah, berikutnya terakhir adalah soal pertanyaan dan jawaban yang tersedia," kata Refly.

"Begini, kalau soal pertanyaan ya, pertanyaan yang disampaikan menurut saya too strong. 'Apakah Anda percaya Jokowi memalsukan ijazah?'" tambahnya.

"Kalau itu pertanyaannya, saya kira secara psikologis orang juga orang Indonesia kan enggak tegaan juga," imbuhnya.

Selain itu, Refly menilai, ada variabel pertanyaan yang terkesan abu-abu atau samar, sehingga perlu menggunakan pertanyaan yang lebih halus.

"Tapi misalnya pakai pertanyaan yang lebih soft, misal, 'Anda percaya Bareskrim atau Roy Suryo?', kemudian 'Apakah Anda percaya dengan UGM?' Percaya, tidak percaya, dan variabelnya itu tidak abu-abu," jelasnya.

"Terakhir jawaban variabelnya gini. Percaya, kurang percaya, tidak percaya sama sekali variabelnya. Maka kurang percaya, cukup percaya itu menurut saya variabel abu-abu yang sering sekali digunakan surveyor," tandasnya.

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan