Psikolog Ingatkan Pilih Jurusan Sekolah untuk Anak Tidak Bisa Asal-asalan, Berdampak di Masa Depan
Ia juga mengingatkan agar orang tua tidak menuntut terlalu tinggi jika ternyata kemampuan anak belum sampai ke level tersebut.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
willy Widianto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menentukan jurusan atau sekolah untuk anak ternyata bukan perkara mudah. Bagi banyak orang tua, keputusan ini bisa menjadi sumber kebingungan dan bahkan perdebatan panjang dalam keluarga.
Baca juga: Dedi Mulyadi Berencana Terapkan Jam Masuk Sekolah Pukul 6 Pagi, Psikolog Singgung Kesehatan Mental
Menurut Psikolog dari RS Jogja International Hospital (JIH) Surakarta, Jawa Tengah Arida Nuralita, S.Psi, MA memilih jurusan yang tepat menjadi tantangan besar. Karena, pemilihan jurusan merupakan keputusan penting yang berdampak jangka panjang pada masa depan anak.
Ia menyebut, arah karier dan masa depan anak sangat ditentukan dari sini. “Itu sebenarnya menjadi sebuah keputusan yang besar, keputusan penting karena itu bisa berdampak panjang di masa depan anak. Jangka panjang gitu kan, terutama jurusan sekolah," ujarnya saat talkshow MOMSPIRATION di kanal YouTube Tribun Health, Senin (2/6/2025).
Ia menegaskan bahwa proses belajar seharusnya dimulai dengan perencanaan yang matang sejak awal. Jika salah memilih jurusan, maka dampaknya bisa membuat anak menyesal di kemudian hari karena merasa tidak cocok dengan bidang yang dipelajari.
“Nah itu kan yang namanya belajar harus startnya di jauh-jauh hari. Nah ketika kita keliru dalam membuat keputusan kita jurusannya apa gitu, ibarat katakan kita jadi yang berbelok arah gitu kan, kemudian belum tentu itu menjadi sesuatu yang mungkin tepat buat kita begitu," ujarnya.
Baca juga: Usia yang Tepat Tes Minat Bakat Anak, Jangan Terlalu Dini! Ini Kata Psikolog
Tantangan dalam memilih jurusan kerap datang dari kurangnya informasi dan data yang memadai sebagai bahan pertimbangan. Banyak orang tua cenderung menentukan jurusan berdasarkan keinginan pribadi, bukan pada potensi dan minat anak.
Sebagai orang tua pasti mengaku menghadapi dilema serupa. Dirinya ingin anaknya mengikuti jurusan tertentu demi pekerjaan yang dianggap baik.
Namun, ia mengingatkan bahwa hal tersebut harus dilakukan dengan cara yang bijak. Kendati demikian mengarahkan bukan berarti memaksa. Arida menegaskan bahwa anak tetap perlu memiliki ruang untuk menentukan pilihannya sendiri.
“Sebenarnya kayak begini tuh boleh nggak sih Bu? Boleh saja, memang tanggung jawab orang tua kan memang mengarahkan anak ya gitu kan. Tapi hindari memaksa, yang penting itu, hindari memaksa. Karena anak itu punya pikirannya sendiri, punya mimpinya sendiri,” tegasnya.
Orang tua harus memahami bahwa apa yang dianggap baik oleh orang tua belum tentu sesuai dengan keinginan dan potensi anak. Terkadang tanpa sadar, orang tua justru mengecilkan pandangan dan cita-cita anak.
“Jadi karena apa yang baik menurut orang tua mungkin belum tentu pas buat anak. Dan kadang-kadang orang tua, ada orang tua yang cenderung mungkin mengecilkan gitu kan kemauan anak, apa sudut pandang anak. Nah itu yang sebenarnya perlu kita hindari ya,” lanjutnya.
Arida menyarankan agar orang tua tetap membuka komunikasi dua arah. Dengarkan keinginan anak, lalu evaluasi apakah potensi anak memungkinkan untuk diarahkan ke sana, atau perlu disesuaikan.
“Tetap perlu kita membuka komunikasi dengan anak untuk kita bisa mendengarkan lebih banyak. Anak maunya apa, anak inginnya apa. Kemudian kita lihat lagi sebenarnya potensi anak bisa nggak diarahkan seperti yang dia mau,” ujarnya.
Baca juga: Alasan DPR Minta Sekolah Swasta Premium Tak Ikut Digratiskan, Klaim Kualitas Pendidikan Lebih Baik
Ia juga mengingatkan agar orang tua tidak menuntut terlalu tinggi jika ternyata kemampuan anak belum sampai ke level tersebut. “Kita punya ekspektasi, sebenarnya anak kita sanggup nggak menjalankan ekspektasi? Apa yang kita harapkan gitu. Jangan sampai kita ekspektasinya ketinggian gitu, tapi sebenarnya anak kita mampunya di sini begitu,” jelas Arida.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.