Jumat, 8 Agustus 2025

Komisi Kerawam KWI Ajak Umat Katolik Masuki Sekolah atau Perguruan Tinggi Kedinasan

Komisi Kerawam KWI mendorong pelajar atau mahasiswa dari kalangan umat Katolik agar menempuh pendidikan pada sekolah dan perguruan tinggi ikatan dinas

|
Hand-out/Komisi Kerawam KWI
Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono foto bersama dengan peserta dan tamu undangan pertemuan nasional Komisi Kerawam se-Indonesia di gedung KWI, Jakarta, Selasa (10/6/2025 malam). Mgr Harun yang juga Uskup Agung Palembang didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawan KWI Romo Yohanes K. Jeharut. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seratusan orang mengikuti Pertemuan Nasional Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang berlangsung di Jakarta, Selasa (10/5/2025) hingga Jumat (13/6/2025).

Mereka adalah perwakilan komisi kerawam dari 38 keuskupan di Indonesia, unsur organisasi berbasis agama Katolik  seperti Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI (PP PMKRI), Wanita Katolik RI (WKRI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) dan Vox Point, serta individu berbagai profesi.

Pertemuan nasional tiga tahunan ini diselenggarakan bertepatan dengan masa tahun ajaran baru dunia pendidikan. Pelaksanaan pertemuan nasional Kerawam tahun 2025 pun memilih tema Awam Katolik Berjalan Bersama Gereja dan Bangsa Mempersiapkan Kader-kader Berkualitas.

Wujud nyata kaderisasi berkualitas antara lain, Komisi Kerawam KWI mendorong pelajar atau calon mahasiswa dari kalangan umat Katolik agar menempuh pendidikan pada sekolah dan perguruan tinggi ikatan dinas. Cara ini sangat penting, sebab selama proses pendidikan, semua biayanya difasilitasi dan ditanggung negara.  

“Sesuai dengan tema itu, fokus acara pertemuan ini adalah mempersiapkan kader-kader Katolik melalui sekolah dan perguruan tinggi kedinasan,” ujar Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Awam (Kerawan) KWI Romo  Yohanes K. Jeharut pada pembukaan  Pertemuan Nasional Kerawam KWI di Gedung KWI Jalan Cut mutia, Jakarta, Selasa (10/6/2025) malam.

Romo Hans Jeharut, sapaan Romo  Yohanes K. Jeharut, menegaskan, “Kita ingin kader dan anak-anak Katolik juga memanfaatkan fasilitas yang disediakan negara. Jadi Komisi Kerawam agar menempuh pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi ikatan dinas.”

Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono  memukul gong tanda pembukaan pertemuan nasional Komisi Kerawam se-Indonesia di gedung KWI, Jakarta, Selasa (10/6/2025 malam). Mgr Harun yang juga Uskup Agung Palembang didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawan KWI Romo  Yohanes K. Jeharut, dan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Katolik Kementerian Agama Suparman. (Tribunnews.com/domu d. ambarita)
Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono memukul gong tanda pembukaan pertemuan nasional Komisi Kerawam se-Indonesia di gedung KWI, Jakarta, Selasa (10/6/2025 malam). Mgr Harun yang juga Uskup Agung Palembang didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawan KWI Romo Yohanes K. Jeharut, dan Direktur Jenderal (Dirjen) Bimas Katolik Kementerian Agama Suparman. (Tribunnews.com/domu d. ambarita) 

Baca juga: 5 Langkah yang Dapat Dilakukan Jika Tak Lulus SNBP 2025: Alternatif Masuk PTN dan Sekolah Kedinasan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, jutaan orang lulusan sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sederajat  bersaing masuk perguruan tinggi negeri setiap tahun. Namun tidak banyak yang dapat diterima sebagai mahasiswa baru. Sedangkan untuk kuliah di perguruan swasta, orangtua terkendala masalah kecukupan keuangan. Dampaknya, banyak yang tidak melanjut kuliah.

Badan Pusat Statistik mengunakan data berdasarkan penghitungan yang dilakukan hingga Agustus 2023, sebanyak 3,5 juta lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia tidak melanjutkan untuk sekolah lagi, bekerja atau, mendapat pelatihan.

Menurut  BPS,  banyak lulusan SMA  tidak melanjutkan sekolah, bekerja atau, mendapat pelatihan dengan istilah not in employment, education, and training/NEET. Anak muda, usia 15 sampai dengan 24 tahun,  lulusan SMA, SMK, SMP hingga SD banyak yang NEET. "SMU (SMA), 3.569.904 orang," demikian dilansir Kompas.com,  Minggu (26/5/2024).

Kemudian, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang tergolong NEET mencapai 2,29 juta orang. Lulusan sekolah menengah pertama (SMP) 1,84 juta orang, dan sekolah dasar (SD) jumlahnya 1,63 juta.

Keseluruhan, jumlah anak muda berusia 15 sampai dengan 24 tahun yang tergolong NEET ada 9,9 juta atau setara 22,25 persen dari 44,7 juta anak muda golongan Gen Z.

Anak muda yang paling banyak NEET berada di daerah perkotaan yakni sebanyak 5,2 juta orang dan 4,6 juta di perdesaan. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah anak muda yang tergolong NEET yakni perempuan mencapai 5,73 juta orang atau setara 26,54 persen dan laki-laki 4,17 juta orang atau 18,21 persen.

Baca juga: Daftar 28 Sekolah Kedinasan yang Tak Gunakan Nilai UTBK SNBT

Ada banyak pilihan perguruan tinggi yang dikelola pemerintah menerapkan sistem kedinasan. Inilah daftar perguruan tinggi atau universitas ikatan dinas. Misalnya, Politeknik Keuangan Negara (PKN)/STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Universitas Pertahaan, Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Kademi Militer (Akmil) tiga mata, dan Akademi Kepolisian.

Kemudian, Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip) di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Politeknik Imigrasi (Poltekim), Politeknik Transportasi Darat Indonesia (PTDI), Politeknik Perkeretaapian Indonesia (PPI), Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) di bawah Kemenhub, Politeknik Penerbangan Indonesia (PPI) asuhan Kemenhub, Politeknik Statistika STIS (Polstat STIS),  Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG). 

Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono foto bersama dengan tamu undangan pertemuan nasional Komisi Kerawam se-Indonesia di gedung KWI, Jakarta, Selasa (10/6/2025 malam). Mgr Harun yang juga Uskup Agung Palembang didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawan KWI Romo  Yohanes K. Jeharut. (Tribunnews.com/domu d. ambarita)
Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono foto bersama dengan tamu undangan pertemuan nasional Komisi Kerawam se-Indonesia di gedung KWI, Jakarta, Selasa (10/6/2025 malam). Mgr Harun yang juga Uskup Agung Palembang didampingi Sekretaris Eksekutif Komisi Kerawan KWI Romo Yohanes K. Jeharut. (Tribunnews.com/domu d. ambarita)

 

Baca juga: Syarat Daftar PKN STAN, Acuan Masuk Sekolah Kedinasan bagi Siswa Kelas 12

Di tempat serupa, Ketua Komisi Kerawam KWI sekaligus Uskup Agung Palembang Mgr Yohanes Harun Yuwono juga berbicara mengenai cara menciptakan kader-kader yang berkualitas. Mgr (Mosignor baca monsinyur) Harun kemudian bercerita hasil pengamatannya mengenai perilaku warga, saat berkunjung ke beberapa kota negara tetangga, Vietnam dan Korea.

“Saya baru pulang dari Vietnam. Secara umum, rambu lalu-lintas di perempatan jalan, seperti lampu merah, tidak berfungsi. Akibatnya lalu-lintas kacau. “Walaupun lalu-lintas kacau, warga tidak saling memaki. Lalu-lintas tidak tertata, tapi tidak ada teriakan-teriakan kasar, juga tidak ada semburan ludah dari seorang kepada warga lainnya. Saya juga dari Korea, tidak tampak pemandangan sampah berserakan,” ujar Mgr Harun, dalam kata sambutan tanpa membaca teks pidato.

“Saya tidak menemukan sampah berserakan. Tidak ada preman di mana-mana. Saya heran, negara yang baru saja merdeka, 1975, tapi mereka bisa menata keadaban publik dan masyarakat. Waktu saya tanya mengapa (perilaku) masyarakat baik, jawaban mereka, ‘Kami memang  ada preman, tapi kami tertib. Daripada kami berurusan dengan pemerintah (keamanan)’?” kata Mgr Harun.

Kisah lain, warga Vietnam tampak jujur. Misal, Mgr Harun pernah mengalami, tas milik seseorang tertinggal di tempat umum. Kemudian, ia bersama teman, berniat mengamankan barang tersebut dengan menitip kepada aparat keamanan setempat.

Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono
Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono ((tribunnews.com/domu d. ambarita))

Baca Selanjutnya: Dihadiri kardinal dan uskup mgr yohanes harun yuwono ditahbiskan jadi uskup agung palembang

“Lalu tour guide mengatakan, jangan khawatir. Tingalkan saja baangnya di situ (tidak perlu diselamatkan, Red),  karena semua tempat diawasi CCTV. Benar juga, sekitar 40 menit kemudian, datang seorang ibu, mencari tasnya dan memang aman. Barangnya didapati. Tidak hilang dibawa orang,” katanya.

“Bagaimana di tempat kita? Jangankan 40 menit,lima 5 menit saja hilang. Rupanya di tempat kita lebih tidak, tidak aman di negara yang baru merdeka,” ujar Mgr Harun. “Di Korea, tidak ada sampah berserakan. Bus kota bersih. Tapi di tempat kita ini jauh mengerikan, bukan?. Hanya preman di jalanan yang kita saksikan di pinggir jalan, tapi juga preman berdasi,” kata Mgr Harun.

 

Baca Teks Pancasila

Pada pembukaan acara yang berlangsung di Gedung KWI Jalan Cut Mutia Jakarta, dibacakan teks Pancasila. Pembacaan teks Pancasila dipandu pengurus Vox Poin. Romo Hans, mengingatkan dasar negara Indonesia, Pancasila.

“Setiap ada acara Kerawam, selaku ada pembacaan Pancasila. Dalam hal protokoler, mungkin ini rasanya aneh. Tapi ini perlu karena Pancasila lah satu-satu, dasar negara yang sekaligua alat yang bisa mempersatukan kita bangsa yang sangat majemuk,” kata Romo Hans.

Ketua Komisi Kerawam Mgr Harun, saat memukul gong pembukaan acara, mengaakan, "Nasionalisme saya tidak perlu diragukan. Karena itu, saya akan pukul gong ini lima kali, sesuai dasar negara kita, Pancasila." 

Renungan

Pertemuan Nasional didahului dengan misa yang dipersembahkan konselebran utama, Ketua Komisi Kerawam KWI yang juga Uskup Agung Palembang Mgr Yohanes Harun Yuwono

Menurut Mgr Harun, Kristus memulian martabat manusia untuk menyandang predikat citra Tuhan. “Tuhan memang mengangkat dan memperlakukan kita manusia menjadi setara dengan diriNya. Maka Ia menyerahkan diri, sampai disalibkan, sehingga apa yang menjadi kerinduan Allah, hadir di dunia. Sehingga predikat, bahkan hidupnya diberikan kepada kita,” ujar Mgr Harun.

Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono mempersembakan misa pada pertemuan nasional komisi kerawam KWI, di Jakarta, Selasa (10/6/2025).
Ketua Umum Komisi Kerasulan Awam Konferensi Waligereja Indonesia (Komisi Kerawam KWI) Mgr Yohanes Harun Yuwono mempersembakan misa pada pertemuan nasional komisi kerawam KWI, di Jakarta, Selasa (10/6/2025). (tribunnews.com/domu d ambarita)

Dia mencontohkan, momentum sebelum disalibkan, Yesus mengadakan perjamuan terakhir dengan murid-muridnya di Yerusalem. “Kita bukan sekadar diperlakukan sederajat karena sahabat, tapi kita diperlakukan sebagai saudara dan saudari. Dan Karana itu, dia melakukan kita dengan segala kerinduannya, sedemikian rupa agar kerajaan Allah hadir di dunia.”

Demi Allah yang setia, Allah tidak pernah ingkar janji. Dan kesetiaan itu juga diwujudkan oleh PutraNya, yang mewujud dalam Yesus Krirlstus. Karena itu, Kristus sepikir dengan Allah. Maka saat disebut Allah setia, maka Kristus pun setia pada janji. Hanya menusia yang mengenal saksi palsu. Atau saksi diam, tidak mau terlibat. Tidak mau bicara. Memilih bisu demi kenyamanan kita sendiri.

Akan tetapi karena Tuhan sudah mempercayakan kehendakNya bahkan hidupnya, maka kita dijadikan sebagai saudara dan saudari, yang tak terpisahkan dengan Dia. Untuk itu marilah berbuat baik seperti disampaikan rasul Paulus. Sampai kapan pun dan sampai ke ujung dunia pun, ikatan itu yang tak kan pernah hilang.

“Orang Jawa bilang, piye yo ke kepiye, pun dan bagaimana pun, dia tetap saudaraku. Dalam hal, saudaranya itu korup atau berbuat jahat, piye ya kepiye, dia tetap saudaraku. Tuhan tak pernah menghapus tali persaudaraan kita. Kita diikat oleh pertalian tubuh dan darah Tuhan. Oleh karena itu, kita melakukan kehendak-nya, supaya berkenan kepada kehendaknya. Seperti kata Allah, 'inilah anak yang kukasihi, kepadanNyalah Aku berkenan"

Apa artinya? Allah bangga pada Yesus. Maka mari berbuat baik seperti disampaikan Santo Paulus, agar kita tetap menjadi saudara Kristus. Paus Leo XIV dalam pesan kotbah pertamanya menyebut bumi adalah punya penghuni yang sama. Seperti juga harapan Paus Fransiskus, ingon populasi bumi hidup damai, rukun dan bersatu. “Marilah sekali lagi, melakukan kehendak Allah. Jangan minta alam berubah alam, tapi ubah kelakuanmu!” (amb) 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan