Selasa, 2 September 2025

Jokowi dan Nabi

Jhon Sitorus Merespons Klarifikasi Kader PSI yang Sebut Jokowi Layak Jadi Nabi

Jhon Sitorus memberikan respons soal klarifikasi Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka, yang sebut Jokowi layak jadi nabi

|
Tangkap layar Twitter @DedynurPalakka/BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN/YouTube Kompas TV
Kolase foto: Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka (KANAN), Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) (TENGAH). Cuitan Dedy (TENGAH) menyebut Jokowi memenuhi syarat jadi nabi di akun media sosial X, Senin (9/6/2025). 

Jhon Sitorus lalu menjelaskan defenisi Nabi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang menyampaikan pesan dari Tuhan kepada manusia.

"Pertama, jika anda mengatakan Jokowi memenuhi syarat sebagai Nabi, maka itu artinya Jokowi menerima wahyu dari Tuhan secara langsung. Dikau harus bisa buktikan itu agar tidak jadi polemik."

"Kedua, memiliki sifat kenabian. Sifat kenabian seperti apa yang engkau maksud? 10 tahun Jokowi jadi presiden RI, tidak ada 1 pun manusia yang mengatakan Jokowi memiliki sifat kenabian, kecuali anda sendiri. Maka saya tanya, Nabi umat agama mana yang anda maksud? Itu harus jelas," tandas Jhon Sitorus.

Pernyataan dan Klarifikasi Dedy Nur

Sebelumnya, Dedy Nur mengatakan bahwa Jokowi memiliki kriteria sebagai seorang nabi.

Pernyataan itu disampaikan Dedy Nur saat membalas celotehan warganet yang menyindir Jokowi, di akun X, Selasa (10/6/2025)

"Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini (Jokowi) sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat."

"Sementara di dunia lain masih ada saja yang tidak siap dengan realitas bahwa tugas kenegaraan beliau sudah selesai dengan paripurna," tulis Dedy Nur.

Pernyataan Dedy Nur tersebut mengundang perhatian luas warganet.

Dedy Nur bahkan dianggap berlebihan dalam memberikan pujian kepada Jokowi.

Ia lalu membuat penjelasan terkait pernyataannya tersebut.

Menurut Dedy, tidak semua penyebutan "nabi" berarti secara literal menerima wahyu dari Tuhan seperti yang dipahami dalam Islam atau Kristen.

Apalagi, persepsi bahwa seorang nabi harus menerima wahyu secara langsung dari Tuhan.

"Orang yang menerima wahyu dari Tuhan untuk disampaikan kepada umat manusia."

"Namun, dalam perbincangan filsafat, sastra, dan tafsir sosial, kata nabi juga sering digunakan secara kiasan atau simbolik," jelas Dedy Nur.

Dedy menegaskan pernyataannya tersebut tidak salah dan tidak harus disalahkan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan