Tahun Baru Islam 1447 H
Cuma 5 Kerbau Kiai Slamet yang Ikut Kirab Malam 1 Suro, Dimandikan Dulu dengan Air Kembang
Sebelum kirab, kelima kerbau dimandikan terlebih dahulu di Alun-alun Kidul Keraton Solo, sebagai bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Jawa.
Penulis:
Rifqah
Editor:
Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Dari 17 Kerbau Kiai Slamet, hanya lima saja yang disiapkan untuk cucuk lampah atau pengiring terdepan pada kirab pusaka malam 1 suro di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Jawa Tengah, Kamis (26/6/2025) tengah malam nanti pukul 24.00 WIB.
Alasannya, jika semua kerbau dikeluarkan, dikhawatirkan menimbulkan kekacauan saat kirab nanti.
Sebelum kirab, kelima kerbau dimandikan terlebih dahulu di Alun-alun Kidul Keraton Solo.
Adapun, ritual memandikan kerbau itu merupakan bagian dari rangkaian perayaan Tahun Baru Jawa.
Setelah selesai dimandikan, kerbau tersebut akan dikarantina terlebih dahulu sebelum bertemu dengan banyak masyarakat.
"Kerbau kan sukanya di kubangan kan kotor, lalu dimandikan. Habis dimandikan nanti dikarantina di tempat yang bersih. Karena akan berhubungan masyarakat," ujar KGPH Puger, adik Raja PB XIII, seusai menyaksikan prosesi pemandian, dilansir Kompas.com, Kamis.
"Ada lima yang dimandikan. Nanti yang kirab lima juga. Semua kan ada 17 (kerbau Kiai Slamet). Tapi yang dipakai lima aja. Kalau terlalu banyak kan kacau," jelas Puger.
Proses pemandian kerbau itu dilakukan dengan air bercampur bunga-bunga segar, seperti mawar, melati, dan kenanga.
Mandi air kembang itu bukan semata untuk ritual spiritual saja, tetapi juga untuk memberikan harum pada tubuh kerbau.
"Mandi bunga itu bukan masalah klenik. Bunga kan mengeluarkan bau harum. Jadi supaya kita kena haruman (bunga). Pada waktu itu kan bunga paling harum," jelas Puger.
Larangan bagi Penonton KirabĀ
Acara tersebut terbuka untuk umum, menampilkan kerbau Kiai Slamet sebagai cucuk lampah atau pembuka barisan dalam iring-iringan.
Baca juga: Link Live Streaming Mubeng Beteng Malam 1 Suro 2025 Keraton Yogyakarta, Kirab Mulai Pukul 23.00 WIB
Dalam momen sakral itu, ada beberapa ketentuan yang ditujukan untuk para penonton kirab.
Dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo, melarang penonton mengenakan pakaian berwarna merah saat menonton kirab.
"Karena cucuk lampah terdepan itu mahesa (kerbau) Kiai Slamet, otomatis karena karakter kerbau tersebut, dihindari untuk pakaian warna merah atau warna yang mencolok," kata Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KPA H Dany Nur Adiningrat, Kamis.
Selain itu, masyarakat juga diimbau agar tidak menyalakan lampu flash saat menonton kirab, demi menjaga suasana sakral dan menghindari kegaduhan yang bisa mengejutkan kerbau.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.