Pencegahan Stunting
Air Bersih, Sanitasi, dan Nikah Dini Jadi Pemicu Stunting, BKKBN Gandeng Swasta untuk Intervensi
Untuk atasi Stunting, BKKBN menempuh strategi kolaborasi multipihak atau pendekatan pentahelix dengan melibatkan banyak sektor.
Penulis:
M Alivio Mubarak Junior
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Wihaji, mengungkapkan terdapat tiga faktor utama yang menjadi penyebab tingginya angka stunting di Indonesia.
Yaitu keterbatasan akses terhadap air bersih, sanitasi yang buruk, serta tingginya angka pernikahan dini.
Menurut Wihaji, ketiga faktor tersebut bervariasi di setiap daerah dan tidak dapat disamaratakan.
Ia mencontohkan wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Rote yang masih menghadapi empat permasalahan utama, yakni kurangnya asupan gizi, akses air bersih, sanitasi, dan praktik pernikahan dini yang tinggi.
"Oleh karena itu, kita perlu melakukan intervensi. Tidak semua bisa di-cover oleh pemerintah. Bahkan, kalau semuanya ditangani sendiri bisa terjadi tumpang tindih," kata Menteri Wihaji di kantor BKKBN, Jakarta Timur, Kamis (17/7/2025).
Untuk mengatasi tantangan tersebut, BKKBN menempuh strategi kolaborasi multipihak atau pendekatan pentahelix dengan melibatkan banyak sektor.
Salah satu bentuk nyatanya adalah melalui penandatanganan kesepakatan bersama antara BKKBN dengan sejumlah pihak swasta untuk mendukung Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
Sejumlah mitra strategis yang ikut serta dalam kolaborasi ini antara lain PT Kimia Farma, Bank Syariah Indonesia (BSI), platform urun dana KitaBisa, dan Indofood.
Kerja sama ini bertujuan memperkuat pemenuhan kebutuhan gizi anak-anak yang belum dapat dijangkau sepenuhnya oleh pemerintah.
"Sekarang sudah ada program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mendukung dari sisi nutrisi. Sementara Program Genting membantu menutup kebutuhan yang belum bisa dipenuhi oleh pemerintah," jelasnya.
Di sisi lain, Wihaji juga menekankan pentingnya pendekatan berbasis kearifan lokal untuk menangani isu-isu penyebab stunting, seperti pernikahan dini.
Ia menyebut cara pendekatan di Jakarta tidak bisa disamakan dengan daerah lain seperti Papua atau Sumatera.
Baca juga: Sosok Sadewo Tri Lastiono, Bupati Banyumas Rogoh Kocek Pribadi Demi Jadi Bapak Asuh Bayi Stunting
"Kalau bicara bantuan, masyarakat mendengarkan pemerintah. Tapi kalau bicara soal keluarga, pendekatan pemerintah kurang didengar. Karena itu, kami libatkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat agar pendekatannya sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat," ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.