Senin, 22 September 2025

Kepala BPIP Ingatkan Guru tak Hanya Berfungsi Sebatas Pengajar Pendidikan Pancasila

Yudian Wahyudi mengatakan Pendidikan Pancasila dan Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila mengandung muatan materi kognitif dan afektif.

Penulis: Reza Deni
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Reza Deni Saputra
MAPEL PENDIDIKAN PANCASILA: Kepala BPIP Yudian Wahyudi saat memberikan keterangan di sela-sela Rakornas bertajuk Pembentukan Karakter Anak Bangsa melalui Efektivitas Penerapan Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Agama pada Satuan Pendidikan RA, MI, MTs, MA/MAK”, di JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengatakan Pendidikan Pancasila dan Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila mengandung muatan materi kognitif dan afektif.

Dia pun mengingatkan kepada para guru untuk tidak sekadar berfungsi sebagai pengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila.

Hal itu dikatakan Yudian dalam Rakornas yang diadakan BPIP di JS Luwansa, Jakarta Selatan. Rakornas itu juga menghadirkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti.

Awalnya, Yudian mengatakan bahwa kehadiran mapel Pendidikan Pancasila merupakan satu upaya untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.

"Yang mana sempat terputus selama dua dekade lebih sejak Reformasi 1998 akibat dihapuskannya pendidikan Pancasila sebagai mata ajar wajib dalam kurikulum nasional," kata Yudian, Kamis (31/7/2025).

Dia berharap bahwa kehadiran mata pelajar pendidikan Pancasila dan BTU Pendidikan Pancasila dapat mengembalikan nilai Pancasila dalam diri seluruh bangsa Indonesia dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi.

Berbeda dengan materi pendidikan Pancasila pada masa lalu, Yudian menyebut BTU Pendidikan Pancasila memiliki pemuatan materi kognitif sebanyak 30 persen dan materi afektif psikomotorik sebanyak 70 persen.

Baca juga: BPIP Usul Materi Pendidikan Pancasila Masuk Soal Wajib Mata Pelajaran Tes Kemampuan Akademik

"Yang dalam bahasa Mendikdasmen itu teks dengan nonteks itu ya lingkungan dan sosialitas. Ini bermakna bahwa BTU Pendidikan Pancasila lebih menekankan pada bentuk praktik aktualisasi Pancasila agar menjadi kebiasaan para peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat," kata dia.

Dan karena Pendidikan Pancasila juga diperuntukkan bagi guru, Yudian juga berharap guru tidak sekadar berfungsi sebagai pengajar, 

"Tetapi juga pendidik yang membentuk karakter melalui keteladanan, kesabaran, dan dedikasi yang diberikan. Guru tidak hanya mampu menjelaskan kepada anak kelima sila Pancasila melalui hafalan, melainkan juga melalui praktik-praktik nyata dalam dunia pendidikan," kata dia.

"Sebagai agen teladan, guru harus mampu menumbuhkan rasa cinta tanah air, intoleransi, dan keadilan sosial dalam setiap interaksi pembelajaran, sehingga Pancasila tidak hanya menjadi teori, tetap hidup dalam tindakan sehari-hari," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan