Minggu, 17 Agustus 2025

Cak Imin soal Fenomena Sound Horeg: Boleh Diteruskan Asal Tak Ganggu Kesehatan

Kata Ketua Umum DPP PKB tersebut, kegemaran warga terhadap sound horeg memiliki dampak peningkatan terhadap ekonomi

Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra
FENOMENA SOUND HOREG - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat RI (Menko PM) saat ditemui awak media di Kawasan Kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Kamis (14/8/2025). Cak Imin turut merespons soal fenomena sound horeg yang belakangan digemari beberapa pihak. [Rizki Sandi Saputra]   

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat RI (Menko PM) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, turut menanggapi soal fenomena sound horeg disejumlah daerah yang kini mulai menuai polemik.

Menurut Cak Imin, aktivitas warga yang gemar dengan sound horeg boleh saja dilakukan, asal kata dia, tidak mengganggu kesehatan terutama di bagian pendengaran.

"Sound horeg boleh diteruskan asal tidak mengganggu kesehatan," kata Cak Imin saat ditemui awak media di Kawasan Kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Kamis (14/8/2025).

Terlebih kata Ketua Umum DPP PKB tersebut, kegemaran warga terhadap sound horeg memiliki dampak peningkatan terhadap ekonomi.

Sehingga, dirinya tidak melarang aktivitas warga yang gemar memainkan musik menggunakan sound horeg dengan catatan tidak merugikan orang lain.

"Sound horeg berdampak ekonomi tapi jangan mengganggu kesehatan," tandas dia.

Baca juga: Muhaimin Tak Khawatir Ratusan Guru Sekolah Rakyat Undur Diri: Stok Sangat Besar di Dikdasmen

Diberitakan, gelaran Sound Horeg di suatu daerah kembali jadi sorotan. 

Kekinian, seorang perempuan bernama Anik Mutmainah (38) dikabarkan meninggal dunia saat menyaksikan karnaval sound horeg yang digelar sebagai bagian dari acara selamatan desa.

Peristiwa kematian ini pun menimbulkan berbagai tanya dari banyak pihak. 

Apakah dentuman bass dan suara menggelegar dari speaker raksasa bisa membunuh?

Terkait hal ini, Dokter sekaligus Pakar kesehatan global Dicky Budiman, beri jawaban. 

Dalam kondisi tertentu, paparan suara ekstrem berisiko tinggi memicu reaksi fisiologis serius pada tubuh, terutama pada individu yang memiliki kondisi kesehatan rentan.

“Kalau pertanyaannya apakah suara ekstrim bisa menyebabkan kematian secara langsung sejauh ini memang tidak atau belum ada saya temukan ya. Tapi bisa atau dapat memicu rantai reaksi fisiologis yang berujung pada fatalitas terutama jika seseorang dalam kondisi rentan,” jelas Dicky pada Tribunnews, Rabu (6/8/2025). 

Paparan suara di atas 130 desibel bisa menyebabkan kerusakan mendadak.

Mulai dari gendang telinga pecah, hingga gangguan keseimbangan seperti vertigo, mual, bahkan pingsan. 

Namun, yang lebih berbahaya adalah dampaknya terhadap jantung dan sistem saraf.

Dalam beberapa kasus, suara ekstrem bisa memicu akustik trauma induced cardiovascular collapse, yakni kolapsnya sistem sirkulasi darah dan jantung akibat suara sangat keras. 

Risiko ini semakin tinggi pada orang dengan aritmia jantung, tekanan darah tinggi, atau kecemasan ekstrem.

Tak hanya efek jangka pendek, kebisingan kronis juga bisa menyebabkan stres psikologis, gangguan tidur, hingga konflik sosial jika terjadi di area permukiman. 

“Ini adalah ancaman nyata bagi kesehatan publik bila tidak diatur oleh pemerintah karena risiko jangka panjang dari kebisingan ini serius, ada risetnya,” tegas Dicky.

 

 
 
 
 
 
 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan