Jumat, 5 September 2025

Makna di Balik Kunjungan Prabowo ke Tiongkok: Kondisi Dalam Negeri Aman Terkendali

Kunjungan Prabowo ke Tiongkok menjadi pesan simbolik bahwa situasi dalam negeri sudah aman terkendali dan ekonomi Indonesia tetap stabil.

Editor: Content Writer
(Tangkapan Layar Kompas TV/Soure: Viory/HO)
Presiden Prabowo Subianto menghadiri acara parade militer sekaligus peringatan 80 tahun pemerintahan China, Rabu (03/09/2025). Presiden Prabowo disambut Presiden China Xi Jinping, pada acara parade tampak Prabowo duduk disebelah Presiden Rusia Vladimir Putin. 

TRIBUNNEWS.COM - Keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk tetap berangkat menghadiri undangan khusus Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing tentu memunculkan pertanyaan di sebagian masyarakat dan menarik diteliti: mengapa Presiden memilih keluar negeri di saat bangsa baru saja melewati masa sulit akibat kerusuhan?

Jawabannya justru terletak pada bagaimana Presiden menjalankan dua tanggung jawab sekaligus: menenangkan dalam negeri, dan menjaga kehormatan bangsa di panggung internasional.

Sebelum berangkat ke Beijing, Presiden terlebih dahulu hadir di tengah rakyatnya. Ia menjenguk warga sipil dan aparat yang menjadi korban kerusuhan, memberi perhatian langsung ke keluarga korban, dan memastikan penanganan kesehatan maupun keadilan hukum berjalan.

Aspirasi demonstran damai pun telah didengar. Presiden membuka ruang dialog, bahkan menerima langsung para tokoh lintas agama yang membahas isu-isu serius seperti reformasi pajak, pemberantasan korupsi, hingga RUU perampasan aset.

Situasi dalam negeri pascademonstrasi kini semakin kondusif. Di berbagai daerah, kita justru menyaksikan kebersamaan yang menguatkan optimisme: warga, aparat keamanan, hingga pengemudi ojek online bahu-membahu menjaga kota dan menolak tindakan anarkistis.

Di Surabaya, sebuah video yang viral memperlihatkan sekitar 200 warga berdiri di depan Polsek Wonokromo bersama aparat, menghadang kelompok yang hendak membuat kerusuhan.

Di Jakarta, solidaritas serupa tampak. Warga Tanah Abang bersama 47 organisasi kemasyarakatan menggelar aksi damai di Bundaran HI dengan seruan “Jaga Jakarta.” Ibu-ibu membagikan mawar kepada warga dan aparat, mengirim pesan bahwa menjaga kota adalah tanggung jawab bersama.

Sementara itu, ratusan pengemudi ojek online dari komunitas URC Bergerak membagikan 2.000 mawar kepada aparat TNI–Polri di kawasan Monas, sambil menyanyikan Indonesia Raya.

Seorang ojol, Gusti (43), berkata lantang: aparat adalah keluarga mereka, dan ia berharap Jakarta segera kembali normal agar penghasilan mereka pulih.

Gambaran kebersamaan ini menegaskan bahwa masyarakat Indonesia memilih jalan damai. Aspirasi demonstran damai sudah didengar Presiden dan tengah diproses melalui kebijakan konkret, sementara kelompok perusuh semakin terisolasi.

Baca juga: Saat Prabowo Hadiri Parade Militer China, Disambut Xi Jinping dan Berfoto di Samping Putin

Ketahanan Ekonomi RI di Tengah Guncangan

Stabilitas sosial ini beriringan dengan ketahanan ekonomi Indonesia yang patut dicatat. Di banyak negara, pengalaman menunjukkan bahwa setelah terjadi kerusuhan dan penjarahan, pasar modal biasanya langsung terpukul keras.

Penurunan indeks saham bisa lebih dari 6 persen hanya dalam satu hari perdagangan pertama, dan sering berlanjut ke hari-hari berikutnya.

Namun, Indonesia menunjukkan ketahanan berbeda. Pada perdagangan kemarin, IHSG hanya terkoreksi sekitar 1%. Hari ini, pasar justru kembali menguat hampir 1%.

Pergerakan ini memberi sinyal kuat: pelaku pasar menilai kerusuhan yang ramai di media sosial adalah over hyped—tidak mencerminkan realitas di lapangan. Faktanya, Indonesia tetap aman, damai, dan guyub.

Lebih jauh, survei internal Nomura menemukan keyakinan bahwa “the worst is over”. Artinya, kepercayaan investor terhadap fundamental Indonesia masih terjaga, bahkan di tengah guncangan sosial. Optimisme serupa datang dari BlackRock Inc.

Manajer aset terbesar di dunia itu justru meningkatkan kepemilikan obligasi pemerintah Indonesia bertenor panjang. Navin Saigal, Kepala Obligasi Tetap Fundamental BlackRock untuk Asia Pasifik, menyebut obligasi Indonesia menawarkan kompensasi risiko yang memadai dan tetap menarik meski ada dinamika politik.

“Berita utama baru-baru ini, secara inheren, tidak membuat kami mengubah posisi apa pun di Indonesia,” tegasnya.

Baca juga: Formasi Xi Jinping, Putin, dan Prabowo di China, Jadi Simbol Indonesia Makin Diperhitungkan Dunia

Penghormatan di Panggung Dunia

Setelah situasi nasional kembali tenang, Presiden memenuhi undangan kenegaraan yang tidak kalah penting. Kehadiran Indonesia di Beijing bukan sekadar diplomasi seremonial.

Dalam peringatan 80 tahun Hari Kemenangan, Presiden RI duduk sejajar dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Prabowo dikabarkan akan langsung pulang dan kembali ke Tanah Air esok hari.

Formasi simbolik itu menunjukkan pengakuan dunia terhadap posisi strategis Indonesia. Lebih jauh, hanya Presiden Indonesia yang mendapat kesempatan bilateral dengan Presiden Xi di sela-sela acara.

Itu artinya, di mata mitra besar dunia, Indonesia diperlakukan sebagai sahabat utama yang suaranya penting.

Makna dari dua panggung ini jelas: Presiden hadir untuk rakyatnya di dalam negeri, sekaligus mengharumkan nama bangsa di luar negeri. Pesan yang ditegaskan kepada dunia dari sini adalah: Indonesia negara yang stabil, didengar, dan dihormati.

Kita patut melihat momen ini dengan optimisme. Bagi rakyat Indonesia, jaminan keamanan dan respon cepat pemerintah memberi rasa tenang. Bagi bangsa, ketahanan ekonomi dan posisi terhormat di panggung internasional membuka ruang lebih luas bagi kerja sama yang akan bermuara pada kesejahteraan.

Dalam satu tarikan nafas, Presiden Prabowo menunjukkan bahwa menjadi pemimpin berarti menjaga amanah rakyat sembari memperkuat harkat Indonesia di mata dunia.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan