Jumat, 12 September 2025

Stunting di Indonesia

Upaya Pengentasan Stunting, Staf Khusus Wapres Dorong Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak

Staf Khusus Wakil Presiden, Tina Talisa mengatakan pengentasan stunting merupakan program prioritas Presiden Prabowo Subianto

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Wahyu Aji
Tangkap layar akun Instagram Tina Talisa
STUNTING - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersama Staf Khusus Wakil Presiden Periode Tahun 2024–2029 Tina Talisa. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus menekankan pentingnya peran keluarga dalam upaya pencegahan stunting, utamanya pada masa seribu hari pertama kehidupan anak.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi stunting nasional mengalami penurunan dari 21,5 persen pada 2023 menjadi 19,8 persen pada 2024.

Staf Khusus Wakil Presiden, Tina Talisa mengatakan pengentasan stunting merupakan program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang tertuang dalam poin keempat Asta Cita

Tina menyoroti peran ayah dalam pengasuhan anak kerap kurang maksimal. Padahal keterlibatan seorang ayah menjadi kunci pencegahan stunting secara menyeluruh.

“Dengan meningkatnya kesadaran akan kesetaraan gender, keterlibatan ayah menjadi kunci penting untuk mencegah stunting secara menyeluruh. Diantaranya dukungan kepada ibu sebagai support system utama pada masa menyusui,” kata Tina dalam keterangannya, Kamis (11/9/2025).

Ia mengutip data UNICEF tahun 2021 yang menunjukkan 20,9 persen anak Indonesia tidak merasakan kehadiran ayah dalam keseharian mereka.

Sementara, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang diasuh penuh oleh kedua orang tuanya.

Kemudian penelitian dari University of Maryland mengungkap, anak yang dekat dengan ayah sejak kecil cenderung memiliki perilaku yang lebih baik.

Sedangkan studi dari University of Oxford menunjukkan bahwa keterlibatan ayah berdampak positif terhadap prestasi akademik anak.

Berkenaan dengan berbagai hasil penelitian ini, fenomena fatherless atau kondisi anak tidak memiliki kehadiran figur ayah secara fisik maupun emosional dalam proses tumbuh kembangnya, harus menjadi perhatian serius.

“Fenomena fatherless di Indonesia butuh perhatian serius. Dukungan terhadap keterlibatan ayah dalam pengasuhan harus ditingkatkan agar anak tumbuh sehat secara fisik, mental, dan emosional,” kata Tina.

Tina kemudian berbagi pengalaman pribadinya sebagai orang tua tunggal.

Ia menyebut meskipun dirinya sudah bercerai sejak tahun 2024 dengan ayah dari kedua anaknya, ia tetap yakin peran ayah penting dalam kehidupan anak.

Menurutnya kunci utamanya adalah komunikasi terbuka, dukungan emosional dan waktu berkualitas bersama anak.

Selain itu, kejujuran kepada anak mengenai kondisi keluarga juga berperan penting dalam membentuk rasa aman dan penerimaan diri anak.

Baca juga: Staf Khusus Wakil Presiden Bantah Gibran Main Padel saat Demo Besar di Jakarta

“Kejujuran kepada anak mengenai kondisi keluarga juga penting agar mereka merasa dihargai, didengarkan, dan diterima. Meski orang tua tidak lagi bersama, anak selalu perlu merasakan kasih sayang dari keduanya. Fokus pada keterlibatan positif akan membantu anak tumbuh dengan empati, kebaikan hati, dan kepercayaan diri,” katanya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan