Rabu, 1 Oktober 2025

Verrell Bramasta Dorong Reformasi Budaya Pemuda dalam Rapat Komisi X DPR RI

Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN, Verrell Bramasta, usai Rapat Kerja bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Editor: Wahyu Aji
istimewa
RAKER DPR - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN, Verrell Bramasta, usai Rapat Kerja bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang digelar pada Senin (29/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN, Verrell Bramasta, menyampaikan pandangannya dalam Rapat Kerja bersama Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang digelar pada Senin (29/9/2025).

Verrel adalah anggota DPR RI periode 2024–2029 dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat VII, yang meliputi: Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta.  

Dalam forum tersebut, Verrell menyoroti pentingnya pembinaan karakter pemuda Indonesia yang tidak hanya patriotik dan empatik, tetapi juga suportif terhadap sesama.

Merespons program kerja Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir yang menekankan transformasi dan evaluasi, Verrell menyatakan dukungan penuh terhadap visi tersebut.

Ia menambahkan bahwa budaya suportif harus menjadi elemen utama dalam pembangunan karakter pemuda.

“Kami dari Fraksi PAN ingin menambahkan satu elemen penting bahwa pemuda Indonesia juga harus suportif,” tegas Verrell.

Dengan jumlah pemuda mencapai 64,22 juta jiwa, Verrell menilai Indonesia memiliki kekuatan besar melalui youth mainstreaming dan collective power of the youth. Namun, ia mengingatkan bahwa potensi ini terancam oleh dua budaya destruktif: inferior complex dan crab mentality.

Verrell menjelaskan bahwa inferior complex membuat banyak anak muda memandang rendah kemampuan bangsanya sendiri. Sementara crab mentality tercermin dalam perilaku saling menjatuhkan di ruang digital, bahkan terhadap sesama anak bangsa yang berprestasi.

“Kita dikenal ramah dan gotong royong, tapi di media sosial justru terkenal paling julid. Nilai-nilai ketimuran harus kembali ditanamkan di dunia digital,” ujarnya.

Dalam konteks kebijakan kepemudaan, Verrell mengusulkan tiga poin penting untuk dimasukkan dalam pembahasan RUU Kepemudaan:

  • Mandat Resiliensi Digital — Penguatan critical thinking dan kemampuan verifikasi fakta untuk membentuk ketahanan informasi
  • Jaring Pengaman Mental — Pengakuan bahwa kesehatan mental adalah hak pemuda, dengan dukungan psikososial yang terintegrasi.
  • Literasi Ekonomi Digital — Perlindungan dari scam dan hoaks finansial sebagai bagian dari pemberdayaan ekonomi pemuda.

Di bidang olahraga, Verrell mengingatkan agar Kemenpora tidak hanya fokus pada cabang olahraga yang populer.

Ia juga menyoroti perlunya pengawasan menyeluruh hingga ke daerah, dengan mengangkat kasus dugaan penindasan terhadap 22 atlet disabilitas dari NPCI Kabupaten Bekasi.

“Mereka meminta hak karena gajinya belum dibayarkan, tetapi justru dibungkam. Ini harus menjadi perhatian serius Kemenpora,” tegasnya.

Baca juga: Peneliti IYLF Nilai Indonesia Butuh Banyak Figur Muda Bervisi Kebangsaan, Singgung Nama AHY & Verrel

Verrell menutup pernyataannya dengan menekankan bahwa transformasi karakter pemuda bukan sekadar program, melainkan perubahan budaya yang mendalam. Ia berharap 64 juta pemuda Indonesia dapat menjadi tulang punggung menuju Indonesia Emas 2045.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved