LP3ES Ingatkan Agenda Penurunan Stunting di Tengah Sorotan Isu MBG
LP3ES mengingatkan agar agenda percepatan penurunan stunting tidak terabaikan di tengah sorotan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG).
TRIBUNNEWS.COM - Di tengah sorotan publik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG), Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) mengingatkan bahwa bangsa Indonesia juga memiliki agenda besar dalam percepatan pencegahan dan penurunan stunting. Agenda ini menjadi fondasi penting dalam menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045.
Pesan tersebut mengemuka dalam webinar bertajuk “Dukungan Kebijakan dan Inovasi Program Kolaboratif dalam Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting” yang digelar pada 1 Oktober 2025.
Stunting, Tantangan Lintas Sektor
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam percepatan penurunan stunting.
Ia menunjukkan fakta bahwa sekitar 20 persen kasus stunting justru terjadi di keluarga mampu membuktikan bahwa persoalan stunting tidak hanya terkait dengan keterbatasan ekonomi, melainkan juga dengan pola pengasuhan dan aspek lain seperti pengetahuan serta akses informasi.
Pungkas menyoroti hubungan erat antara stunting dengan Indeks Modal Manusia Indonesia yang masih berada di angka 0,56. Untuk itu, penguatan layanan kesehatan, pendidikan, dan sanitasi harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemerintah saat ini tengah menyiapkan peraturan presiden baru sebagai pembaruan dari Perpres No. 72/2021 guna memperkuat percepatan penurunan stunting.
Ia menambahkan, filantropi dan sektor swasta dapat mengambil peran penting. “Lembaga filantropi bisa berperan dalam edukasi pola asuh, sementara sektor swasta dapat berkontribusi melalui tanggung jawab sosial dalam model bisnis perusahaan, seperti memproduksi makanan bergizi dengan harga terjangkau. Pendekatan impact investment juga perlu didorong agar keterlibatan sektor swasta semakin luas dan berkelanjutan,” jelas Pungkas.
Dari webinar yang sama, Tanoto Foundation lembaga filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981 menegaskan komitmennya dalam mendukung agenda nasional penurunan stunting.
Sejak 2018, Tanoto telah aktif menggandeng sektor swasta, pemerintah daerah, serta lembaga pendanaan nasional dan internasional untuk memperkuat intervensi di berbagai pilar stunting.
Menurut Michael Susanto, Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, tantangan yang dihadapi meliputi koordinasi nasional yang kompleks, keterbatasan kapasitas swasta untuk memperluas program, serta lemahnya kapasitas agen lokal.
Baca juga: Tanoto Foundation Cetak Pemimpin Muda lewat Fellowship Program 2025
Namun, berbagai praktik baik juga telah dicapai, mulai dari peningkatan kapasitas pemerintah daerah, penguatan mitra lokal, hingga keberlanjutan program melalui alih kepemilikan ke pemerintah daerah.
“Kami menduga masih banyak sektor swasta yang belum mendapatkan informasi memadai mengenai langkah pemerintah dalam program stunting. Oleh karena itu, keberadaan instrumen yang dapat melibatkan sektor swasta dalam desain besar program nasional menjadi sangat penting,” tegas Michael.
Tanoto Foundation menilai keterlibatan multipihak tidak hanya memperluas dampak intervensi, tetapi juga memastikan keberlanjutan upaya penurunan stunting melalui sinergi yang lebih strategis.

Lumbung Pangan Sehat Bergizi
Sementara itu, Erfan Maryono, Peneliti Senior LP3ES, menekankan bahwa keberhasilan agenda stunting ditentukan oleh keberlanjutan akses pangan sehat bergizi, peningkatan kapasitas petugas lapangan, serta optimalisasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat desa dan kabupaten.
LP3ES mengusulkan inisiatif “Lumbung Pangan Bergizi Peduli Stunting”, yaitu model kolaboratif yang melibatkan pemerintah desa, sektor swasta, dan filantropi untuk memastikan ketersediaan pangan sehat dan bergizi yang berkelanjutan bagi masyarakat terutama keluarga rentan stunting. Usulan ini juga bertujuan memperkuat kelembagaan desa agar mampu menjadi garda depan dalam pemenuhan gizi.
Gagasan tersebut disambut positif oleh Iing Mursalin, Tenaga Ahli Setwapres. Ia menilai ide lumbung pangan bergizi bisa menjadi model kolaboratif yang konkret untuk pencegahan stunting di tingkat desa.
Program MBG Diklaim Bangun Ekosistem Ekonomi Rakyat Lewat SPPG |
![]() |
---|
Program MBG Bikin Harga Daging Ayam Naik, Kepala BGN: Bukan Sebuah Masalah |
![]() |
---|
Aktivis: Program MBG Niat Baik Presiden, Harus Dijaga dengan Pengawasan Ketat |
![]() |
---|
Polemik MBG, Ketika Burger & Spaghetti Masuk Daftar Menu, Pangan Segar Indonesia Terpinggirkan |
![]() |
---|
YLKI: Korban Keracunan MBG Bisa Ajukan Gugatan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.