Bea & Cukai: Tidak Ada Impor Beras dan Jagung Bea Masuk Turun Drastis 5,1 Persen
Kementan pastikan 2025 tanpa impor beras dan jagung. Bea masuk turun 5,1 persen, sementara ekspor pertanian melonjak 38 persen.
TRIBUNNEWS.COM – Kebijakan swasembada pangan yang dijalankan pemerintah di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menunjukkan hasil nyata.
Selain memperkuat ketahanan pangan nasional, langkah ini juga menekan impor dan sekaligus meningkatkan pendapatan negara dari sektor ekspor.
Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mencatat, bea masuk nasional hingga Agustus 2025 mencapai Rp32,2 triliun, turun 5,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini terjadi karena tidak adanya impor beras, gula konsumsi, dan jagung pakan akibat meningkatnya produksi dalam negeri.
“Kita ada kebijakan swasembada pangan. Bulog tidak impor beras, gula konsumsi juga tidak, dan jagung pakan dilarang impor,” terang Direktur Penerimaan dan Perencanaan Strategis DJBC, Muhammad Aflah Farobi, Jumat (10/10/2025).
Sejalan dengan itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras nasional periode Januari–November 2025 diperkirakan mencapai 33,19 juta ton, naik 12,62 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan ini menjadi bukti nyata meningkatnya ketahanan pangan nasional dan efektivitas program swasembada yang dijalankan pemerintah.
Baca juga: Hasil Survei Litbang Kompas: Angka Kepuasan Terhadap Kinerja Kementan Capai 71,5 Persen
Tak hanya menekan impor, sektor pertanian juga mencatatkan lonjakan ekspor. Berdasarkan data BPS, ekspor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh 38,25 persen pada periode Januari–Agustus 2025, dengan nilai USD 4,57 miliar, naik dari USD 3,30 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada Agustus 2025 saja, nilai ekspor pertanian mencapai USD 0,6 miliar, naik hampir 11 persen dibanding Agustus 2024.
Kinerja ekspor ini turut mendorong penerimaan bea keluar (ekspor) yang melonjak 71,7 persen year on year, mencapai Rp18,7 triliun, dipicu salah satunya oleh ekspor crude palm oil (CPO).
“Turunnya impor dan meningkatnya ekspor pertanian berdampak langsung pada peningkatan pendapatan negara. Sektor pertanian kini bukan hanya penyedia pangan, tapi juga penghasil devisa signifikan,” ujar Mentan Amran Sulaiman.
Swasembada Kurangi Pengeluaran hingga USD 4,5 Miliar
Kementan menilai capaian ini sebagai bukti nyata efektivitas kebijakan swasembada.
“Kita bersyukur, tahun ini tidak ada impor beras dan jagung. Ini bukti bahwa produksi pangan nasional meningkat dan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri,” tegas Amran.
Sebagai perbandingan, data BPS mencatat, impor beras Indonesia pada 2023–2024 mencapai total 7,58 juta ton dengan nilai sekitar USD 4,5 miliar. Kini, dengan berhentinya impor beras dan jagung, nilai devisa sebesar itu dapat dihemat dan dinikmati langsung oleh petani Indonesia.
Kinerja positif di sektor produksi dan ekspor juga berdampak pada kesejahteraan petani. Data BPS menunjukkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2025 mencapai 124,36, naik dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 123,57.
“Swasembada bukan hanya tentang tidak impor, tapi memastikan petani hidup layak. Dengan produksi meningkat, ekspor tumbuh, dan NTP naik, kesejahteraan petani kita makin kokoh,” tutup Amran.
Baca juga: Litbang Kompas: Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen
Fokus Hilirisasi Gambir, Lada, Kakao, dan Kelapa, Pemerintah Genjot Ekspor dan Lapangan Kerja |
![]() |
---|
Pemerintah Dorong Hilirisasi Kelapa, Mentan Amran: Nilai Devisa Bisa Tembus Rp2.400 Triliun |
![]() |
---|
Mentan Amran Pastikan Indonesia Capai Swasembada Beras Lebih Cepat |
![]() |
---|
Modus Pedagang Jual Beras Oplosan di Toko Ritel, Warga Temukan Kutu saat Dibuka |
![]() |
---|
Dorong Transformasi Digital, Kementan dan BSSN Perkuat Pertahanan Siber di Sektor Pertanian |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.