Selasa, 14 Oktober 2025

Media Luar Negeri Sampaikan Analisis Pakar, Hubungan Prabowo-Jokowi Akan Berubah Jelang Pemilu 2029

The Strait Times membeberkan hasil pernyataan para analis tentang hubungan Presiden RI, Prabowo Subianto dan Jokowi jelang Pemilu 2029 nanti

Tribunnews.com/Handout
PEMINDAHAN IBU KOTA NEGARA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto meninjau kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, Senin (12/8/2024). Kini, setelah terpilih sebagai Presiden RI, Prabowo menetapkan IKN sebagai pusat politik Indonesia mulai 2028. 

Ringkasan Berita:
  • Para analis berpendapat, keduanya saling membutuhkan, mengingat tantangan dalam negeri dan global
  • Prabowo akan mencari stabilitas politik setidaknya sampai tahun 2028.
  • Tiket Prabowo-Gibran mulai tampak seperti hasil yang tidak mungkin untuk pemilihan presiden berikutnya

TRIBUNNEWS.COM - Media luar negeri, The Strait Times membeberkan hasil pernyataan para analisis tentang hubungan Presiden RI, Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hubungan keduanya yang saat ini menyatakan diri sebagai sahabat itu diprediksi bakal renggang jelang Pemilu selanjutnya yakni Pemilu 2029.

Media pemberitaan asal Singapura ini menyorot pertemuan Prabowo dan Jokowi pada 4 Oktober 2025 lalu sebagai sinyal politik ke depan.

Meski tidak ada pernyataan resmi yang merinci isi pembicaraan, pertemuan tersebut dinilai sarat muatan politik dan memperbarui perhatian terhadap dinamika hubungan mereka.

Pertemuan dua jam itu berlangsung di tengah isu reshuffle Kabinet dan tuduhan pemalsuan ijazah yang menimpa Jokowi dan putranya, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Beberapa analis menilai pertemuan tersebut sebagai langkah Jokowi untuk mencari jaminan politik dari Prabowo agar posisinya tidak semakin terjepit.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menilai bahwa hubungan keduanya masih saling membutuhkan.

"Pak Prabowo akan tetap meminta nasihat dari Pak Jokowi demi menjaga stabilitas politik hingga setidaknya tahun 2028," ujarnya, diberitakan The Straits Times.

Di sisi lain, langkah Prabowo mengganti sejumlah pejabat yang dikenal sebagai loyalis Jokowi, seperti Budi Arie Setiadi dan Hasan Nasbi, memunculkan istilah “dejokowisasi” di media lokal.

Namun, analis politik Wasisto Raharjo menilai perombakan tersebut bukan bentuk balas dendam politik.

“Perombakan itu dilakukan secara profesional. Mereka yang dicopot adalah yang berkinerja buruk atau memiliki masalah hukum,” katanya.

Baca juga: Jokowi Temui Prabowo 2 Jam, Pengamat: Bahas Dukungan 2 Periode, Minta Gibran Diberi Tugas

Prabowo juga diketahui menciptakan posisi baru di militer seperti wakil panglima angkatan darat dan wakil panglima TNI, yang dinilai sebagai penyeimbang terhadap tokoh-tokoh militer yang dekat dengan Jokowi.

Langkah ini dianggap sebagai strategi untuk memperkuat kontrol pemerintahan Prabowo.

Analis politik Made Supriatna menyebut penurunan pengaruh Jokowi di panggung nasional sebagai hal yang wajar.

“Tidak mungkin Prabowo membiarkan ada kekuatan lain yang tak bisa ia kendalikan dalam pemerintahannya,” ujarnya dalam podcast Kanal SA.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved