Rabu, 29 Oktober 2025

Proyek Kereta Cepat

Danantara Bakal ke China Bahas Whoosh Bareng Pemerintah, Utang Dibayar Pakai APBN?

Danantara bakal ke China bareng pemerintah bahas negosiasi utang Whoosh. Apakah pembayaran utang memakai APBN bakal dilakukan?

Tribunnews.com/ Taufik Ismail
BAHAS UTANG WHOOSH - COO Danantara Dony Oskaria menuturkan pihaknya bakal ke China bareng pemerintah bahas negosiasi utang Whoosh. Apakah pembayaran utang memakai APBN bakal dilakukan? 
Ringkasan Berita:
  • COO Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan pihaknya bakal mengirim tim ke China dengan didampingi pemerintah untuk bernegosiasi masalah utang Whoosh.
  • Dia mengungkapkan ada beberapa poin yang akan dibahas seperti tenor pinjaman hingga mata uang yang akan digunakan dalam pembayaran utang.
  • Dony meminta agar masyarakat tidak usah khawatir soal utang Whoosh karena kini kereta cepat tersebut sudah melayani dengan baik.

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Badan Pengaturan (BP) BUMN sekaligus Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, membeberkan update terkait utang Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) alias Whoosh.

Dia menuturkan pihaknya bakal mengutus tim terbang ke China untuk membahas soal negosiasi utang seperti jangka waktu pinjaman, bunga, hingga mata uang yang bakal digunakan.

Namun, Dony tidak menjelaskan kapan negosiasi utang itu akan dilakukan.

"Kami akan berangkat lagi (ke China) juga untuk menegosiasikan mengenai term daripada pinjaman. Ini menjadi point of negosiasi kita kali ini berkaitan sama jangka waktu pinjaman, suku bunga, kemudian juga ada beberapa mata uang yang juga akan kita diskusikan dengan mereka," katanya di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Kamis (23/10/2025), dikutip dari YouTube Kompas TV.

Dony juga menjelaskan keberangkatan ke China tidak hanya diikuti oleh tim dari Danantara tetapi juga dari unsur pemerintah.

Dia menuturkan unsur pemerintah bakal diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Kita sudah diskusikan juga dengan Menko Infrastruktur untuk segera kita negosiasikan. Hubungan kita (dengan China) juga bagus, komunikasi bagus," ujarnya.

Baca juga: Utang Whoosh Sampai Rp116 Triliun, Pakar: Jokowi Tak Bisa Serta Merta Disuruh Tanggung Jawab

Ketika ditanya soal apakah dengan mengajak unsur pemerintah berarti utang Whoosh akan turut menggunakan APBN, Dony tidak menjawab secara gamblang.

Ia hanya mengatakan Danantara bakal terus mencari opsi terbaik terkait pelunasan utang Whoosh.

Namun, dia menegaskan pihaknya tetap turut mengikuti aturan dari pemerintah.

"Kita akan mencari opsi terbaik yang belum tentu pakai itu (APBN -red). Dan kami mengikuti saja arahan pemerintah. Toh Danantara sebetulnya yang paling penting bagaimana beroperasi dengan baik," tegasnya.

Lebih lanjut, Dony meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan terkait utang proyek Whoosh.

Dia menegaskan bahwa Whoosh kini sudah bermanfaat bagi masyarakat. Ia juga mengungkapkan akan terus meningkatkan kualitas pelayanan Whoosh.

Doni menjelaskan Whoosh saat ini bisa mengangkut penumpang hingga 30 ribu orang per hari.

"Dan mengenai penyelesaian keuangan menurut saya itu kan hanya opsi saja. Tetapi yang paling penting kita sampaikan kepada masyarakat bahwa secara operasional, KCIC itu sudah memberikan positif secara operasional, sehingga tidak khawatir dalam proses operasional," tuturnya.

Utang dan Bunga Whoosh

Sebagai informasi, investasi pembangunan Whoosh mencapai 7,27 miliar dollar AS atau Rp120,38 triliun.

Namun, dari seluruh investasi itu, total sebesar 75 persen dibiayai melalui utang ke China Development Bank (CDB) dengan bunga tiap tahunnya sebesar 2 persen.

Dari segi pembayaran utang, skema yang disepakati yaitu tetapnya besaran bunga yang disepakati selama 40 tahun pertama.

Pada pertengahan pembangunan, turut terjadi pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dolar AS. Pihak PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) pun menarik utang lagi dengan bunga yang lebih tinggi yakni sebesar 3 persen.

Adapun separuh utang untuk membiayai cost overrun itu berasal dari tambahan pinjaman CDB. Sementara sisanya dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China.

Direktur Utama (Dirut) PT KAI kala itu, Didiek Haryanto mengatakan besaran bunga utang pembangunan Whoosh dari CBD terbagi menjadi dua tergantung pada denominasi utang.

Total utang 542,7 juta dollar AS diberikan dalam denominasi dollar AS sebesar 325,6 juta dollar AS (Rp 5,04 triliun) bunganya 3,2 persen dan sisanya sebesar 217 juta dollar AS (Rp 3,36 triliun) diberikan dalam denominasi renminbi alias yuan (RMB) dengan bunga 3,1 persen. 

"Tingkat suku bunga flat selama tenor 45 tahun. Untuk loan (denominasi) dollar AS 3,2 persen, untuk loan dalam RMB 3,1 persen," ujarnya.

Didiek mengatakan, utang dari CBD ini digunakan untuk menutupi porsi cost overrun KCJB yang ditanggung oleh konsorsium Indonesia sebesar 75 persen dan 25 persen sisanya akan dipenuhi dari PMN yang bersumber dari APBN Indonesia. 

"Pinjaman dari CDB merupakan pendanaan cost overrun dari pinjaman porsi konsorsium Indonesia 542,7 juta dollar AS. Untuk porsi equity porsi konsorsium Indoensia telah dipenuhi dari PMN," tuturnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Endrapta)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved