Kamis, 6 November 2025

5 Fakta Kongres PROJO: Logo Wajah Jokowi Diganti, Absennya Ayah Gibran, hingga Singgung soal Whoosh

PROJO menggelar Kongres III di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (1/11/2025). Berikut fakta-faktanya.

Tribunnews.com/Danang Triatmojo
KONGRES III PROJO - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Projo, Budi Arie Setiadi, bersama para relawan Projo dalam Kongres III Projo, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (1/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Ketua DPP PROJO, Budi Arie Setiadi, mengatakan logo PROJO bergambar wajah Jokowi akan diganti.
  • Budi Arie juga menyatakan dukungan untuk parpol Presiden Prabowo Subianto, Gerindra.
  • Selain itu, Budi Arie menyebut sejak awal dibentuk, PROJO bukan tentang Jokowi.

TRIBUNNEWS.com - Kongres III Pro Jokowi (PROJO) digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (1/11/2025).

Dalam kesempatan itu, Ketua DPP PROJO, Budi Arie Setiadi, menyampaikan sejumlah pernyataan, termasuk penggantian logo hingga soal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Budi Arie juga sempat membahas soal dukungannya terhadap Gerindra yang merupakan partai politik Presiden Prabowo Subianto.

Dirangkum Tribunnews.com, berikut ini fakta-fakta Kongres III PROJO, Sabtu:

1. Ganti logo wajah Jokowi

Budi Arie Setiadi mengatakan PROJO akan mengganti logo mereka yang sebelumnya bergambar Jokowi.

Perubahan logo itu, ujar Budi Arie, merupakan bentuk transformasi organisasi.

Baca juga: Teriakan Prabowo di Hati Rakyat Menggema saat Budi Arie Sebut Projo Siap Merapat ke Gerindra

"PROJO akan melakukan transformasi organisasi. Salah satunya adalah kemungkinan mengubah logo, yang nanti akan kita putuskan di Kongres III ini," jelas Budi Arie, Sabtu.

"Logo Projo akan kita ubah, supaya tidak terkesan kultus individu. Iya (bukan wajah Jokowi lagi) kemungkinan," imbuh dia.

Soal nama, Budi Arie memastikan akan tetap menggunakan PROJO.

2. PROJO bukan Pro Jokowi

Lebih lanjut, Budi Arie menekankan, sejak dibentuk pada 2013, organisasi relawan PROJO bukan tentang Pro Jokowi.

Menurutnya, kepanjangan Pro Jokowi muncul dari awak media kala itu.

"PROJO, memang nggak ada (kepanjangannya). Cuma teman-teman media kan ya PROJO (nyebutnya) Pro Jokowi karena gampang dilafalkan aja," jelas dia.

Ia mengatakan PROJO sebenarnya bermakna Negeri dan Rakyat yang berasal dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno.

Budi Arie pun menjelaskan, makna PROJO sebenarnya adalah kaum yang mencintai negara dan rakyatnya.

"PROJO itu kan artinya negeri dan rakyat. PROJO itu sendiri artinya adalah negeri dalam Bahasa Sansekerta, dan dalam bahasa Jawa Kawi itu artinya rakyat," urai Budi Arie.

"Jadi kaum PROJO adalah kaum yang mencintai negara dan rakyatnya," imbuhnya.

3. Jokowi absen

Beberapa jam sebelum acara dimulai, Jokowi yang menjadi tokoh sentral PROJO, mendadak dipastikan tidak bisa hadir.

Namun, ayah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu memberikan pidato lewat layar.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PROJO, Handoko pun menegaskan tak ada keretakan antara pihaknya dengan Jokowi.

"Enggak ada keretakan hubungan. Pak Jokowi tetap kasih pidato meskipun lewat video. Bahkan minggu lalu kita masih diterima di Solo," ungkap Handoko.

Menurut keterangan panitia, Jokowi tidak bisa hadir karena alasan kesehatan.

"(Last minute) ya. Karena medis enggak berkenan untuk (Jokowi) hadir di keramaian begini," kata Ketua DPP PROJO, Bonar.

4. Polemik Whoosh adalah upaya adu domba

Budi Arie Setiadi sempat menyinggung polemik utang KCJB atau Whoosh dalam Kongres III PROJO.

Menurut Budi Arie, ramainya soal polemik Whoosh adalah upaya sejumlah pihak untuk mengadu domba antara Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto.

Ia menilai proyek Whoosh adalah bentuk kemajuan zaman.

Budi Arie pun meminta agar proyek tersebut tidak dibesar-besarkan dan lebih baik diserahkan kepada pihak terkait apabila ada masalah dalam pelaksanaan teknisnya.

"Ini negara ini kok kayak kita berkubang dengan diri kita sendiri, kita bukannya melihat kemajuan yang sudah pesat dilakukan negara lain, kita masih mikirin problem ini ditanyakan lagi," ucap dia.

"Whoosh itu perlompatan peradaban zaman. Kalau ada problematika nanti di pelaksanaan teknisnya, silahkan aja aparat penegak hukum periksa. Tetapi, jangan sedikit-sedikit programnya dipersoalkan dan lain-lain," lanjut Budi Arie.

5. Dukung Prabowo atas perintah Jokowi

Sekjen DPP PROJO, Handoko, mengungkapkan pihaknya mendukung Prabowo Subianto.

Dukungan itu diberikan atas perintah Jokowi.

"Ya gimana, kan kita pendukungnya Pak Jokowi. Dan arahan beliau memang untuk mendukung Pak Prabowo," katanya.

Menurut Handoko, keputusan itu juga sejalan dengan hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Projo menjelang Pilpres 2024, di mana mayoritas anggota menyuarakan dukungan untuk pasangan Prabowo–Gibran.

"Hasil Musra jelas, aspirasi bawah mendukung Prabowo. Itu prosesnya panjang, banyak nama muncul, tapi akhirnya mengerucut ke Prabowo," tambahnya.

Senada, Budi Arie juga menyampaikan bakal memperkuat Gerindra selaku partai politik Prabowo.

Ia juga tak menampik kemungkinan akan merapat ke partai politik untuk mendukung Prabowo.

Sebab, menurutnya, semua program Prabowo akan membawa manfaat dan kemajuan bagi tanah air.

"Dan karena itu kita akan memperkuat seluruh agenda politik Presiden dengan memperkuat partai politik pimpinan Presiden," kata Budi Arie.

"Jadi mohon izin jika suatu saat saya berpartai, teman-teman Projo bisa memahaminya."

"Enggak usah diterjemahin lugas-lugas, kalian sendiri terjemahin, ya. Yang pasti begini, kami akan mendukung partai yang dipimpin oleh Presiden Prabowo," urainya.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Rizki Sandri/Ibriza Fasti/Mario Christian)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved