Selasa, 4 November 2025

Proyek Kereta Cepat

Ignasius Jonan & AHY Dipanggil Diduga Bahas Whoosh, Pengamat: Prabowo Cari Antitesa Saat Ada Masalah

Dengan pemanggilan AHY dan Jonan, Agung Baskoro menilai, Prabowo serius dalam menanggapi polemik utang Whoosh yang dulu diresmikan Jokowi.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
POLEMIK UTANG WHOOSH - Dalam foto: Penumpang turun dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh setibanya di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Rabu (29/10/2025). Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menanggapi dipanggilnya Mantan Menteri Perhubungan RI Ignasius Jonan dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) oleh Presiden RI Prabowo Subianto. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 
Ringkasan Berita:
  • Eks Menhub RI Ignasius Jonan dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipanggil Prabowo ke Istana.
  • Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, berharap dengan dipanggilnya AHY dan Jonan, maka polemik Whoosh dapat diobservasi dengan lebih objektif.
  • Pemanggilan AHY dan Jonan mencerminkan sikap Prabowo yang cenderung mencari antitesa alias antitesis saat terjadi masalah.

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menanggapi dipanggilnya Mantan Menteri Perhubungan RI Ignasius Jonan dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) oleh Presiden RI Prabowo Subianto.

Pada Senin (3/11/2025) hari ini, Jonan dan AHY dikabarkan sama-sama dipanggil Prabowo ke Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

AHY datang lebih dahulu, baru Jonan menyusul. 

Pemanggilan kepada kedua tokoh ini disebut-sebut berkaitan dengan polemik proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh yang berbuntut utang lebih dari Rp100 triliun.

Dengan pemanggilan AHY dan Jonan, Agung Baskoro menilai bahwa Prabowo tetap serius dalam menanggapi polemik utang kereta cepat yang diresmikan pada era Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) itu.

"Dengan dipanggilnya Mas AHY, Pak Jonan ke istana itu bukti konkret keseriusan beliau menggarap masalah Whoosh ini agar bisa selesai secepat-cepatnya, atau nanti IKN siapa [yang akan dipanggil]," kata Agung, saat menjadi narasumber dalam program Kompas Petang, Senin (3/11/2025).

Kemudian, Agung juga menyebut, ada perlakuan atau sikap Prabowo yang berbeda dari Jokowi saat mendapati proyek atau program yang bermasalah.

Menurutnya, Prabowo cenderung mencari antitesa alias antitesis saat terjadi masalah.

Hal tersebut tercermin dari dipanggilnya Jonan dan AHY untuk menghadap presiden langsung di Istana Kepresidenan.

Antitesis sendiri secara harfiah bermakna majas yang mengandung gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang saling berlawanan dalam satu kalimat. 

Dalam konteks komentar Agung Baskoro, ini artinya Prabowo lebih memilih mencari orang yang sebelumnya menentang atau menolak program yang dinilai bermasalah.

Baca juga: Dari Jokowi ke Prabowo, Ketika Projo Dikritik sebagai Sekumpulan Orang yang Ingin Menempel Kekuasaan

Apalagi, dalam proyek Whoosh, Ignasius Jonan dikenal tegas menolak proyek tersebut.

Bahkan, Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI (Menkopolhukam) Mahfud MD dalam podcast Terus Terang, pernah menyebut Ignasius Jonan dipecat dari posisi Menteri Perhubungan RI oleh Jokowi karena menilai proyek Whoosh tidak feasible atau layak dilanjutkan.

"Tapi yang jelas saya melihat treatment Pak Prabowo ini berbeda dari Pak Jokowi ya," ujar Agung.

"Ketika ada masalah, beliau kemudian langsung mencari antitesa, orang-orang yang memang sebelumnya agak berlawanan dengan Whoosh."

"[Termasuk dipanggilnya Ignasius Jonan yang kala itu menolak], [lalu AHY] yang sebenarnya Demokrat itu bukan orang yang satu irama dengan Pak Jokowi secara politik."

Menurut Agung, dengan mencari antitesis ini, dirinya cukup senang, lantaran Prabowo berarti mencari perspektif yang berbeda terhadap suatu program yang bermasalah, termasuk polemik Whoosh.

Sebab, selama ini publik hanya diberi sajian tentang tanggapan dari pihak yang masih mendukung Whoosh, seperti Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan.

Atau, tanggapan normatif dari Menteri Keuangan RI (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa, atau Menteri Investasi dan Hilirisasi RI sekaligus CEO BPI Danantara Rosan Roeslani.

Agung berharap, dengan dipanggilnya AHY dan Jonan, maka polemik Whoosh dapat diobservasi dengan lebih objektif.

"Jadi, dengan dua orang ini hadir saja, saya dalam tanda petik 'cukup senang,' karena bisa melihat dalam bingkai yang yang lain," tutur Agung.

"Karena kan selama ini di publik, kita dengarnya ada Pak Luhut, kemudian respon Pak Purbaya atau Pak Rosan, atau dari Danantara yang lain semacam itu."

"Nah, kalau ada Mas AHY, ada Mas Jonan, ah ini berimbang, asyik ini kita lihatnya. Jadi lebih objektif melihat masalah ini."

Dipanggil ke Istana

Mantan Menteri Perhubungan RI sekaligus Direktur Utama (Dirut) KAI 2009-2014, Ignasius Jonan, beserta Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipanggil ke Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat di hari yang sama, Senin (3/11/2025).

Namun, keduanya memberikan keterangan yang berbeda.

AHY yang tiba di Istana lebih dahulu, mengaku akan menemui Prabowo langsung untuk membahas sejumlah isu, salah satunya adalah kereta cepat Whoosh

"Mau melaporkan tentunya sekaligus meminta arahan-arahan dari beliau, dari Bapak Presiden tentang banyak. Termasuk kereta cepat," kata AHY, Senin (3/11/2025).

Ia menyampaikan, pembahasan akan berkaitan dengan restrukturisasi utang proyek Whoosh tersebut.

Nantinya, pihak PT KAI (Persero) juga hadir untuk mendapatkan sejumlah petunjuk dan arahan dari Prabowo, demi menyelesaikan masalah tersebut.

"Iya, tentunya kita ingin mendapatkan sejumlah guidance [arahan] dari Bapak Presiden. Ya tentu kita ingin melihat berbagai isu, ya, termasuk KCIC Jakarta-Bandung, ada permasalahan-permasalahan yang harus kita carikan solusinya juga dengan sejumlah opsi tentunya," tuturnya.

Sementara, saat ditanya oleh awak media setibanya di Istana, Jonan mengaku belum mengetahui apa yang akan dibahas dengan Prabowo dan mengungkap dirinya memenuhi undangan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. 

"Enggak tahu saya [dipanggil untuk apa]. Enggak tahu. Diundang Pak Seskab itu," kata Jonan.

Selain itu, ia tampak enggan saat dimintai keterangan soal proyek Whoosh.

"Wih saya enggak komentari itu. Mungkin [bahas kereta cepat], saya sudah pensiun jadi nggak ngikutin. Saya nggak tahu," ujar Jonan.

Polemik Whoosh

Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh merupakan salah satu proyek mercusuar sekaligus ambisius dalam masa pemerintahan Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Whoosh pun ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016.

Proyek ini dibangga-banggakan oleh Jokowi, lantaran memiliki kecepatan 350 kilometer per jam sekaligus menjadi kereta cepat pertama di Indonesia maupun di Asia Tenggara.

Pengelola Whoosh adalah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia (PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia/PSBI) dengan 60 persen saham dan konsorsium China melalui Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen saham).

Adapun PSBI sendiri dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan porsi saham 58,53 persen, diikuti Wijaya Karya (33,36 persen), PT Jasa Marga (7,08 persen), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII (1,03 persen).

Sementara, komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd terdiri atas CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Whoosh kemudian diresmikan oleh Jokowi pada 2 Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, proyek Whoosh justru berbuntut utang bernilai fantastis sehingga menjadi beban berat bagi BUMN Indonesia, terutama PT KAI (Persero) sebagai pemimpin konsorsium PSBI.

Utang proyek Whoosh dinilai bagai bom waktu, membawa beban yang membuat PT KAI dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.

Proyek yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS.

Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun.

Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS pada proyek ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.

Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).

Whoosh jelas memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

Utang untuk pembiayaan proyek Whoosh membuat PSBI mencatat kerugian senilai Rp1,625 triliun pada semester I-2025 saja.

Karena menjadi lead konsorsium PSBI, maka PT KAI (Persero) menanggung porsi kerugian paling besar, yakni Rp951,48 miliar per Juni 2025, jika dibanding tiga BUMN anggota konsorsium PSBI lainnya.

Sehingga, beban yang ditanggung PT KAI (Persero) begitu berat, baik dalam bentuk biaya operasional kereta cepat maupun pengembalian utang.

Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut besar utang proyek Whoosh ini bagai bom waktu, sehingga pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPI Danantara untuk menanganinya.

“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Sebelumnya, Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo mengungkapkan, besaran bunga utang KCJB terbagi menjadi dua tergantung pada denominasi utang.

Total utang 542,7 juta dollar AS diberikan dalam denominasi dollar AS sebesar 325,6 juta dollar AS (Rp 5,04 triliun) bunganya 3,2 persen dan sisanya sebesar 217 juta dollar AS (Rp 3,36 triliun) diberikan dalam denominasi renminbi alias yuan (RMB) dengan bunga 3,1 persen.

"Tingkat suku bunga flat selama tenor 45 tahun. Untuk loan (denominasi) dollar AS 3,2 persen, untuk loan dalam RMB 3,1 persen," ujar Didiek Hartantyo, dilansir Kompas.com.

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved