Prakiraan Cuaca
Fenomena La Nina Diprediksi sampai Maret 2026, BMKG Ungkap Dampaknya
Fenomena La Nina lemah saat ini tengah berlangsung dan diprediksi bertahan hingga Maret 2026, ini dampaknya terhadap peningkatan curah hujan.
TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia saat ini tengah memasuki periode peningkatan curah hujan yang menandai peralihan menuju puncak musim hujan.
Berdasarkan analisis tiga bulan terakhir, curah hujan terus mengalami kenaikan signifikan, dengan sebagian besar wilayah berada pada kategori menengah hingga tinggi.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menjelaskan bahwa fenomena La Nina lemah saat ini tengah berlangsung dan diprediksi bertahan hingga Maret 2026.
Namun, dampaknya terhadap peningkatan curah hujan dinilai tidak terlalu signifikan saat puncak musim hujan nanti.
"La Nina lemah akan bertahan hingga awal tahun 2026, namun pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan. Meski begitu, curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai," ujarnya, seperti dilansir dari laman resmi BMKG, Kamis (6/11/2025).
BMKG mencatat, curah hujan dengan kategori tinggi hingga sangat tinggi berpotensi terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan, meliputi Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, hingga Papua bagian selatan.
Sementara pada Februari hingga April 2026, sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami curah hujan kategori menengah dan mulai berangsur normal.
Selama periode November-Desember 2025, sebagian besar wilayah Indonesia masih akan mengalami curah hujan atas normal, terutama di Sumatra bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, dan Maluku Utara.
Kombinasi faktor global dan regional seperti La Nina lemah dan Dipole Mode negatif (-1,61) menyebabkan atmosfer tetap labil dan mendukung pembentukan awan konvektif di sejumlah wilayah.
Hal ini meningkatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang, terutama di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, NTB, dan Sulawesi Selatan.
BMKG juga mendeteksi keberadaan Siklon Tropis Kalmaegi di Samudra Hindia bagian barat daya Lampung serta beberapa sirkulasi siklonik lain yang turut memengaruhi dinamika cuaca nasional.
Baca juga: Prospek Cuaca 4-10 November 2025, BMKG: Sirkulasi Siklonik Pengaruhi Pola Cuaca di Indonesia
Dalam sepekan ke depan (3-9 November 2025), hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di pesisir barat Sumatra, sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku, dan Papua.
Kesiapsiagaan BMKG Hadapi Potensi Bencana Hidrometeorologi
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan pentingnya kesiapsiagaan seluruh elemen pemerintah menghadapi potensi bencana hidrometeorologi yang meningkat.
"BMKG telah memperingatkan bahwa intensitas hujan di berbagai wilayah Indonesia akan meningkat signifikan dan berpotensi menimbulkan bencana banjir serta tanah longsor di beberapa daerah. Untuk itu, saya menekankan pentingnya langkah mitigasi dan kesiapan dari seluruh jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah," ujar Dody
"Ini bukan sekadar informasi, melainkan tanggung jawab kita bersama. Kita harus bekerja secara terkoordinasi dan tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Kolaborasi antarinstansi, antara pemerintah pusat, daerah, TNI, Polri, dan masyarakat sangat diperlukan agar penanganan di lapangan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan efektif," lanjutnya.
BMKG pun mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan cuaca ekstrem dan dampaknya terhadap aktivitas harian, khususnya di wilayah dengan curah hujan tinggi.
"Koordinasi lintas sektor dan peningkatan kesiapsiagaan menjadi kunci dalam menghadapi potensi bencana yang dipicu cuaca ekstrem," tegas Faisal.
(Tribunnews.com/Latifah)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.