Senin, 17 November 2025

TNI Siap Terjunkan 20 Ribu Pasukan ke Gaza, Tinggal Menunggu Mandat PBB

Saat ini kondisi di Gaza, Palestina, sangat memprihatinkan. Kesehatan warga Gaza memburuk, banyak yang kelaparan.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Willem Jonata
Dokumentasi Puspen TNI
Kapuspen TNI Brigjen (mar) Freddy Ardianzah membuka rapat anggota tahunan koperasi Citra Dana Yasa di Aula Balai Wartawan Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (17/1/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Gaza, Palestina, dalam kondisi darurat, banyak yang sakit dan kelaparan 
  •  TNI bakal turunkan pasukan ke Gaza, bangun fasilitas rumah sakit lapangan dan jalankan misi perdamaian
  • Titik berat kualifikasi pasukan yang disiapkan untuk dikirim adalah di bidang kesehatan dan konstruksi

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Markas Besar TNI mengungkap persiapan yang dilakukan untuk rencana pengiriman pasukan pemeliharaan perdamaian ke Gaza.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen (Mar) Freddy Ardianzah menjelaskan untuk misi tersebut TNI menyiapkan peralatan sesuai standar operasi kemanusiaan dan peacekeeping.

"Seperti fasilitas rumah sakit lapangan, peralatan medis emergensi, ambulans, perlengkapan air bersih dan sanitasi, serta kemampuan konstruksi zeni termasuk alat berat dan sarana rekonstruksi," kata Freddy saat dihubungi Jumat (14/11/2025) malam.

Baca juga: Prabowo: “Saya Memiliki Ikatan Emosional dengan Yordania”

"Jenis dan jumlahnya akan disesuaikan kembali setelah mandat PBB dan kebutuhan lapangan ditetapkan," kata dia.

Selain itu, kata Freddy, TNI menyiapkan kapabilitas inti kesehatan dan zeni konstruksi yang memang dibina untuk operasi kemanusiaan dan perdamaian. 

Sedangkan penunjukan nama batalyon tertentu masih menunggu mandat resmi PBB, keputusan pemerintah, serta struktur misi yang akan ditetapkan Dewan Keamanan PBB.

"Saat ini yang disiapkan adalah paket kemampuan dan kapabilitas, bukan satuan spesifik," lanjutnya.

Ia menjelaskan angka 20 ribu pasukan adalah kapasitas kekuatan TNI yang telah disiapkan dalam kerangka dukungan perdamaian dan kemanusiaan.

Jumlah tersebut sebagaimana yang diungkap Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin usai bertemu dengan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Yordania Mayor Jenderal Pilot Yousef Ahmed Al-Hunaiti di kantor Kementerian Pertahanan Jakarta pada Jumat (14/11/2025)

Personel tersebut, kata Freddy, berasal dari satuan yang rutin menjalani pembinaan OMSP dan misi PBB, sehingga kemampuan dasar, interoperabilitas, kesiapsiagaan logistik, dan operasi di berbagai medan sudah terbentuk.

"Untuk latihan khusus, TNI tetap menunggu mandat final, namun secara prinsip pasukan siap melaksanakan keputusan pemerintah secara profesional, proporsional, dan sesuai legal standing nasional dan internasional," pungkasnya.

Tunggu Hasil Pembicaraan Presiden dengan Raja Yordania

Usai bertemu Jenderal Yousef, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjafrie juga menjelaskan penyiapan pasukan itu sesuai dengan arahan dari Presiden Prabowo Subianto terkait rencana misi pemeliharaan perdamaian di Gaza.

Sjafrie menjelaskan titik berat kualifikasi pasukan yang disiapkan untuk dikirim adalah di bidang kesehatan dan konstruksi.

"Presiden Prabowo menyiapkan pasukan cukup besar karena sebagaimana teman-teman tahu bahwa kita sedang menyiapkan juga pembangunan kekuatan kita di Indonesia juga sedang kita tingkatkan. Jadi, pemikiran beliau kita maksimalkan 20.000 prajurit kita siapkan, tetapi kualifikasinya kepada kesehatan dan juga konstruksi," ucapnya.

Dia menegaskan Indonesia tidak akan mengirim pesawat tempur dalam rencana pengiriman pasukan tersebut.

Hal itu karena, kata Sajfrie, pendekatan yang digunakan dalam misi tersebut adalah pendekatan kemanusiaan, bukan pendekatan paksaan (koersif).

"Oh tidak. Kita menghindari apa istilahnya, koersif, ya. Kita lebih cenderung kepada pendekatan kemanusiaan," kata dia.

Sjafrie juga menjelaskan pasukan pemelihara perdamaian yang disiapkan akan melakukan operasi peacekeeping dan bukan operasi peacemaking.

Dalam operasi peacekeeping, kata dia, harus didahului sejumlah kondisi. 

"Kalau peacekeeping itu berarti kita sudah melihat adanya suatu upaya seperti contoh gencatan senjata sudah terjadi, kemudian disarm (pelucutan senjata) sudah terjadi, sehingga pasukan yang akan datang itu sifatnya untuk menjaga perdamaian itu bisa berlangsung lebih lama menuju kepada perundingan politik," jelas dia.

Sjafrie mengatakan salah satu topik yang rencananya akan dibahas oleh Presiden Prabowo Subianto dan Raja Abdullah II dari Yordania di Istana Negara adalah terkait hal tersebut.

Menurut Sjafrie Indonesia memiliki kepentingan dalam rangka perdamaian di Gaza, baik itu lewat jalur di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun lewat jalur inisiatif dari Presiden Amerika Serikat. 

Untuk itu, kata dia, hasil pembicaraan dari Presiden Prabowo dan Raja Abdullah II juga akan menjadi bagian dari pedoman dalam rangka rencana pengiriman pasukan perdamaian ke Gaza.

"Kita tunggu apa yang akan dibahas oleh kedua pemimpin negara yang akan menjadi bagian dari pedoman kita di Indonesia di dalam rangka pengiriman pasukan perdamaian di Gaza dalam waktu dekat," pungkasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved