Selasa, 18 November 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Program MBG untuk Lansia dan Disabilitas Perlu Sistem Pengamanan Ketat, Ini Catatan Ahli

Program ini disambut positif. Para ahli kesehatan menilai pelaksanaannya harus diawasi ketat mengingat kelompok penerima termasuk rentan.

|
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribunnews.com/Ist
DAPUR SPPG — Sejumlah petugas menyiapkan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG, Jakarta, belum lama ini. Meski mendapat dukungan Menteri Keuangan, program ini dinilai belum bisa berjalan maksimal karena anggaran masih tertahan. 

Ringkasan Berita:
  • Antisipasi keracunan diharapkan program MBG untuk lansia dan disabilitas diawasi ketat
  • Lansia dan penyandang disabilitas termasuk kelompok rentan
  • Program ini sebaiknya diuji coba terlebih dahulu

 

TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah berencana memberikan makan bergizi dua kali sehari bagi 100 ribu lansia dan 30 ribu penyandang disabilitas

Program ini disambut positif, tetapi para ahli kesehatan menilai pelaksanaannya harus diawasi ketat mengingat kelompok penerima termasuk rentan.

Mengacu pada pengalaman sebelumnya, program makan bergizi pernah mengalami insiden keracunan pada anak sekolah. 

Situasi serupa dianggap perlu dicegah sejak awal saat program diperluas kepada kelompok berisiko tinggi seperti lansia dan disabilitas.

Baca juga: SPPG Bakal Diminta Bersertifikat Halal, BPJPH Latih 3.000 Penyelia untuk Sertifikasi Dapur MBG

Dalam penjelasannya, ahli epidemiologi serta peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global (Global Health Security Dicky Budiman mengingatkan pentingnya standar keamanan pangan menyeluruh mulai dari dapur hingga distribusi. 

“Kita harus terapkan preventive food safety system, sertifikasi dapur, pemasok, juga kontrol rantai dingin dan protokol distribusi yang aman untuk dua porsi sekaligus ini,” ujar Dicky pada keterangannya, Senin (17/11/2025). 

Kelompok Rentan, Risiko Infeksi Lebih Tinggi

Lansia mengalami penurunan imunitas atau immunosenescence. 

Kondisi ini membuat infeksi akibat makanan tercemar dapat berakibat lebih berat, memerlukan perawatan, bahkan memicu komplikasi. 

Karena itu, risiko yang bisa ditoleransi pada kelompok ini jauh lebih kecil.

Selain faktor biologis, tantangan berikutnya muncul dari aspek operasional. 

Distribusi dua porsi sekaligus dipandang rawan jika dilakukan tanpa kontrol suhu ketat. 

Porsi kedua yang disimpan pada suhu ruang, terutama di wilayah tropis, dapat masuk ke “zona bahaya”, yaitu rentang 4–60 derajat Celsius, yang memungkinkan bakteri berkembang pesat.

Menurut Dicky, mekanisme distribusi harus mempertimbangkan perlindungan suhu. 

Apabila harus mengirim dua porsi di pagi hari, perlu wadah insulated atau cool box untuk menjaga keamanan pangan. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved