Kamis, 7 Agustus 2025

Historis Harga Kripto Selama Ramadan Mengalami Tekanan, Ini Faktornya

Penurunan harga kripto Bitcoin bukan hanya fenomena musiman, tetapi juga dipengaruhi oleh psikologi pasar yang berubah selama Ramadan. 

freepik/net
BITCOIN DAN KRIPTO -Data historis menunjukkan bahwa selama pada bulan Ramadan 2021, Bitcoin turun 21,71%, diikuti penurunan sebesar 16,00% pada 2022. Kemudian mengalami penurunan sebesar 3,73% pada 2023, dan kembali terkoreksi sebesar 4.14% pada 2024.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan harga Bitcoin selama Ramadan dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren yang menarik dengan kecenderungan penurunan cukup konsisten. 

Data historis menunjukkan bahwa selama pada bulan Ramadan 2021, Bitcoin turun 21,71 persen, diikuti penurunan sebesar 16,00% pada 2022.

Kemudian mengalami penurunan sebesar 3,73% pada 2023, dan kembali terkoreksi sebesar 4,14% pada 2024. 

CEO Indodax, Oscar Darmawan, menjelaskan, penurunan ini bukan hanya fenomena musiman, tetapi juga dipengaruhi oleh psikologi pasar yang berubah selama Ramadan. 

Baca juga: Harga Bitcoin Kembali Jatuh, Diobral di Bawah 90.000 Dolar AS 

"Setiap tahun, kami mengamati pola bahwa minat investor ritel terhadap kripto sedikit berkurang selama bulan Ramadan, yang dapat menyebabkan tekanan jual lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya," ujar Oscar dikutip Senin (10/3/2025).

Menurutnya, faktor ini sering kali diperkuat oleh tren historis yang menciptakan ekspektasi penurunan harga di kalangan investor, sehingga meningkatkan aksi ambil untung sebelum Ramadan tiba.
 
Namun, memasuki Ramadan 2025, pasar kripto menghadapi dinamika yang berbeda. 

Bitcoin sempat mengalami lonjakan hingga 8?lam satu hari, kembali ke level USD 90.000 setelah sebelumnya sempat merosot ke bawah USD 80.000.

Pemulihan tajam ini didorong oleh sentimen positif terkait rencana Presiden AS Donald Trump yang disebut-sebut ingin mengusulkan cadangan kripto nasional. 

"Tahun ini ada elemen geopolitik yang sangat kuat dalam pergerakan pasar kripto. Jika benar ada langkah serius dari pemerintah Amerika Serikat untuk menjadikan aset digital sebagai bagian dari kebijakan moneter, dampaknya akan sangat besar bagi industri kripto secara global," jelas Oscar. 

Selain itu, kebijakan ekonomi global juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga. 

Oscar menyoroti kebijakan baru Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor sebesar 25% terhadap barang dari Kanada dan Meksiko sebagai pemicu ketidakpastian di pasar finansial. 

"Kebijakan ekonomi suatu negara, khususnya sebesar Amerika Serikat, dapat berdampak pada arus modal global, termasuk yang mengalir ke aset kripto. Investor perlu memahami bahwa kripto semakin erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi makro," tambahnya.

Meskipun sentimen bullish terlihat cukup kuat di awal Ramadan 2025, Oscar mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi tantangan utama. Dengan adanya White House Crypto Summit yang dijadwalkan pada 7 Maret, pasar masih menunggu kejelasan arah regulasi. 

"Jika hasil dari pertemuan tersebut tidak sesuai ekspektasi pasar, kita bisa melihat koreksi harga yang cukup dalam. Volatilitas kripto bisa menjadi pedang bermata dua, di satu sisi memberikan peluang, tetapi di sisi lain bisa menimbulkan risiko besar jika tidak dikelola dengan baik," ujarnya. 

Menurut Oscar, strategi investasi yang paling relevan dalam kondisi seperti ini adalah dengan tetap berpegang pada prinsip manajemen risiko yang baik. 

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan