Sering Dipakai saat Perayaan Diwali, Begini Sejarah Penggunaan Kain Sari
Ternyata begini sejarah penggunaan sari, kain tradisional India yang sering dipakai saat perayaan Diwali.
Penulis:
Arintya
Kawan Puan, zaman dahulu, kain sari digunakan tanpa dijahit. Oleh karena itu, kain sari mendapat julukan “magical unstitched garment”.
Julukan tersebut muncul karena pencampuran budaya masyarakat Hindu dan Muslim serta cuaca panas di India.
Oleh karena itu, tak heran jika kain sari juga bisa ditemukan di negara selain India, seperti Pakistan, Nepal dan Bangladesh.
Menurut Kapur Chisthi, ada lebih dari seratus cara pemakaian kain sari, tergantung daerah masing-masing, bahan, hingga kegiatan yang akan dilakukan.
Baca Juga: Pakai Kebaya dan Kain Sarung, Intip Penampilan Tara Basro Berlibur di Perancis
Namun di antara banyaknya cara pemakaian kain sari, terdapat beberapa cara yang umum dipakai oleh perempuan India.
Cara pertama adalah dengan teknik Nivi. Teknik ini dilakukan dengan cara melipat kain sari, mengikatnya di sekitar pinggang, kemudian bagian hiasan tepi sari (pallu) digantungkan di bagian baju kiri.
Cara kedua adalah dengan teknik Dharampur yang khas dari pedesaan di India.
Teknik Dharampur ini dilakukan dengan cara merentangkan kain sari, kemudian mengikatnya menjadi celana setinggi lutut.
Kawan Puan, sebagian besar penggunaan kain sari ini membutuhkan atasan berupa choli atau atasan crop.
Kemudian pada beberapa lipatan kain sari, dibutuhkan aksesori tambahan seperti peniti atau perlu diikat dengan kuat.
Dikenakan oleh Perempuan Muda hingga Lanjut Usia
Kawan Puan, di beberapa daerah di India, perempuan berusia lanjut hingga paruh baya biasanya masih mengenakan kain sari sebagai pakaian sehari-hari.
Namun pada perempuan muda hingga yang tinggal di perkotaan, kain sari biasanya hanya dipakai pada acara tertentu, seperti pernikahan atau acara penting lainnya.
Baca Juga: Sosok Draupadi Murmu, Presiden Pertama dari Kalangan Pribumi di India