10 Puisi tentang Pendidikan yang Penuh Makna dan Menyentuh Hati
Berikut 10 puisi tentang pendidikan yang penuh makna dan menyentuh hati kamu.
Penulis:
Farrah Putri Affifah
Editor:
timtribunsolo
TRIBUNNEWS.COM - Pendidikan adalah pilar penting dalam kehidupan setiap individu.
Melalui pendidikan, kita tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan, pengembangan karakter, dan cara menjalani kehidupan yang lebih baik.
Puisi menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan-pesan inspiratif tentang pendidikan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas 10 puisi tentang pendidikan yang penuh makna dan menyentuh hati.
Baca juga: Kumpulan Puisi untuk Rayakan Peringatan Hari Lahir Pancasila Tahun 2025
1. Di Kelas yang Tak Pernah Sepi
Di kelas kecil beratap seng,
kursi-kursi tua tetap berdiri tegak,
menampung mimpi yang tak bisa dibeli,
dari anak-anak yang datang dengan harap.
Papan tulis penuh coretan kapur,
tangan guruku lincah menulis,
tiap barisnya seperti doa,
agar kami kelak bisa berdiri di dunia.
Tak ada pendingin, tak ada layar canggih,
hanya suara dan semangat yang tak pernah letih,
karena ia tahu, pendidikan bukan tentang fasilitas,
tapi tentang hati yang penuh cinta dan ikhlas.
2. Pelita di Tengah Gelap
Ada cahaya yang tak berasal dari lampu,
ia menyala di hati seorang guru,
dengan sabar ia nyalakan satu per satu,
jiwa-jiwa muda yang haus ilmu.
Ia tak berharap gemerlap panggung,
hanya cukup melihat anak muridnya terbang,
menjadi burung-burung pembawa pesan,
bahwa bangsa ini masih punya harapan.
Pelita itu kadang meredup,
ditelan letih dan luka batin yang mengendap,
tapi ia tetap menyala dalam diam,
demi masa depan yang ia genggam.
3. Surat untuk Ibu Guru
Bu, aku tahu suaramu sering serak,
karena menjelaskan hal yang sama berulang kali,
tapi kau tetap tersenyum,
seolah setiap pagi adalah awal yang baru.
Aku tahu kau kadang menangis diam-diam,
karena anak-anak yang tak mau mendengarkan,
tapi kau tetap mengajar dengan cinta,
karena pendidikan adalah ibadah yang mulia.
Terima kasih, Ibu Guru,
atas waktu, sabar, dan doamu,
namamu tak tercetak di buku sejarah,
tapi ada di hati kami, selamanya.
4. Anak-Anak Negeri
Mereka datang dari desa dan kota,
dengan langkah kecil tapi penuh tanya,
tentang dunia yang ingin mereka pahami,
tentang masa depan yang mereka cari.
Mereka duduk di bangku kayu,
memegang buku lusuh yang penuh harapan,
karena di balik angka dan huruf,
terbentang jalan menuju kebebasan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.