Kamis, 18 September 2025

Di Depan Mahasiswa Binus, CEO Tribun Network: Jangan Kehilangan Jati Diri lalu Tanya ke AI

CEO Tribun Network Dahlan Dahi berkata jangan sampai individu manusia justru bertanya soal jati dirinya kepada AI.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Febri Prasetyo
Tribunnews/Danang Triatmojo
AI DAN MANUSIA - Direktur Risiko Siber di Deloitte, Hendro (kiri); VP Head of Strategic Business Transformation Indosat Kevin Suryaatmaja (tengah); dan CEO Tribun Network yang juga Chief Digital Officer KG Media Dahlan Dahi (kanan) dalam diskusi Studium Generale 'Shaping Careers in the Age of Digital Transformation' sekaligus peluncuran program studi baru Digital Media Communication dari Binus University, di Kampus Binus Alam Sutera, Kota Tangerang, Banten, Kamis (24/7/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelanggang Olahraga Binus Alam Sutera terlihat penuh dengan ratusan mahasiswa baru dan para pengunjung, Rabu (24/7/2025).

Mereka semua hadir untuk menyimak kuliah umum "Shaping Careers in the Age of Digital Transformation" sekaligus peluncuran program studi baru Digital Media Communication dari Binus University di Kampus Binus Alam Sutera, Kota Tangerang, Banten.

Ada tiga sosok narasumber yang hadir mengisi diskusi. Mereka adalah Direktur Risiko Siber di Deloitte, Hendro; VP Head of Strategic Business Transformation Indosat Kevin Suryaatmaja; dan CEO Tribun Network yang juga Chief Digital Officer KG Media, Dahlan Dahi.

Para peserta yang didominasi oleh mahasiswa baru Binus, tampak menyimak secara saksama setiap pandangan dari ketiga narasumber mengenai kemajuan teknologi, khususnya artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.

Dalam pemaparannya, Dahlan mengawali dengan menjabarkan perbedaan internet dengan AI. Menurutnya internet merupakan komunikasi data antara satu komputer dan komputer lainnya. 

Namun, AI tetapi hanya bisa menarik data yang disediakan dalam jaringan komputer, tetapi juga mampu membuat sebuah keputusan.

Singkatnya, internet membangun cerita serta berbagi data yang disediakan dalam jaringan, sementara AI membangun cerita yang diproduksi oleh kecerdasan buatan.

“Jadi poin saya adalah internet berbeda, AI berbeda dari internet. Dia tidak cuma retrieve, dia tidak cuma menarik data yang disediakan dalam jaringan komputer, tapi dia bisa make a decision (membuat keputusan),” katanya.

Dahlan mengatakan bahwa perkembangan AI akan sangat pesat. Ia membandingkannya saat mesin cetak ditemukan pada tahun 1840 atau hadir 1.500 tahun setelah manusia eksis di muka bumi.

Kemunculan internet membutuhkan waktu sekitar 200 tahun, sedangkan AI hanya butuh 2-3 tahun untuk bisa lebih pintar.

Apalagi pada zaman yang kemajuan teknologi sudah amat pesat, semua orang juga memiliki kebebasan untuk mencari, memproses dan mendistribusikan informasi, begitu juga AI.

Baca juga: Ketua Komisi Digital Dewan Pers Dahlan Dahi: Disrupsi dan AI Jadi Tantangan Serius Industri Media

Ia menilai AI saat ini menjelma sebagai entitas intelijen yang bersifat artifisial, tempat manusia berkomunikasi, memecahkan masalah dan mendapatkan solusinya.

“Saya belum membayangkan apa yang akan terjadi. Tapi kita ada di situ sekarang, dunia di mana kita berinteraksi dengan mesin, dengan manusia,” ucap Dahlan.

Kendati AI memiliki kemampuan yang bisa memudahkan segala hal termasuk pekerjaan, menurutnya tidak akan ada pekerjaan yang hilang atau tergantikan oleh AI. 

CEO Tribun Network ini mengatakan setiap pekerjaan punya peran masing-masing, seperti tenaga pengajar di bidang akademik, jurnalis, pemuka agama, hingga aparat penegak hukum.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan