Minggu, 28 September 2025

Margaret Anak Kuli Bangunan di Kupang Jadi Mahasiswi UI, Sempat Dilarang Bermimpi dan Dicibir Guru

Margaret adalah simbol perlawanan atas stigma, ejekan, dan keraguan yang ditanamkan oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk guru dan tetangganya

|
Editor: Eko Sutriyanto
Capture Video
LOLOS DI UI - Margaret (kedua dari kiri) Bersama Dr. Sudibyo, dosen legendaris Universitas Indonesia (berbaju kuning). Kisah Margaret  viral setelah dibagikan oleh Imam Santoso, dosen ITB dan influencer pendidikan 

TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Di sebuah rumah kayu sederhana di pinggiran Kota Kupang, duduk seorang gadis bernama Margaret.

Anak dari seorang kuli bangunan, Margaret tumbuh dengan satu mimpi yang dianggap mustahil: kuliah di Universitas Indonesia (UI).

Namun mimpi itu bukan sekadar angan.

Ia peluk erat dalam diam, walau dunia seolah kompak meremehkannya bahkan orang-orang terdekatnya.

Kisah Margaret  viral setelah dibagikan oleh Imam Santoso, dosen ITB dan influencer pendidikan.

Bersama Dr. Sudibyo, dosen legendaris UI, Imam terbang langsung ke Kupang.

Baca juga: Cara Cek Pengumuman PPKB Universitas Indonesia, Ini Syarat Daftar Ulangnya

Di rumah Margaret, mereka menyerahkan laptop, beasiswa, dan dana pendidikan dari Paragon Corp—perusahaan yang dikenal aktif mendukung anak-anak muda berprestasi.

“Kalau memang pengen UI, ya sekolah di sini saja. Jangan banyak gaya. Miskin kok kuliah jauh,” ucap Margaret.

Suara-suara yang terus berdengung dari mulut tetangga dan guru di sekolahnya.

Margaret tahu betul rasanya diremehkan setiap hari.

Setiap kali melangkah di kampungnya, cibiran seolah menjadi bayangan yang tak pernah pergi.

“Anak pejabat saja gagal kuliah di luar, apalagi kamu,” katanya, menirukan komentar tetangga yang terus mengendap di kepalanya.

Nyinyiran yang Membekas dari Sang Guru

Luka paling dalam justru datang dari sosok yang seharusnya membimbing: gurunya sendiri.

“Gak bisa bayar uang sekolah, tapi mau kuliah di UI? Stop mimpi tinggi!,” ucap Margaret.

Mirisnya kalimat yang diucapkan berulang-ulang di depan teman-temannya.

Kondisi ekonomi keluarganya memang sulit.

Margaret sempat menunggak uang sekolah dan hal itu dijadikan alasan untuk mencabut semangatnya.

Kemiskinan, bagi sebagian orang di sekitarnya, adalah vonis atas impian.

KULIAH GRATIS - Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU telah menandatangani Surat Keputusan Rektor tentang program kuliah gratis bagi putra-putri tenaga kependidikan dan tenaga pendidik di lingkungan Universitas Indonesia yang lulus seleksi masuk UI melalui jalur tes atau Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK).
KULIAH GRATIS - Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Ir. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU telah menandatangani Surat Keputusan Rektor tentang program kuliah gratis bagi putra-putri tenaga kependidikan dan tenaga pendidik di lingkungan Universitas Indonesia yang lulus seleksi masuk UI melalui jalur tes atau Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). (Dokumentasi Universitas Indonesia)
Nyaris Menyerah

Trauma membuatnya enggan mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Namun, dua hari sebelum penutupan SNBP, pukul 02.00 dini hari, Margaret memberanikan diri.

Diam-diam, tanpa sepengetahuan keluarga, ia mendaftar.

Dan hanya satu pilihan yang dia isi: Universitas Indonesia.

Tanpa cadangan, tanpa banyak harapan.

“Kalau ada yang tanya, saya cuma bilang ‘sudah daftar’. Tapi saya tak pernah sebut kampusnya,” katanya.

Baca juga: Jadwal Penerimaan Mahasiswa Baru UI 2025, Lengkap Semua Jenjang dan Jalur Pendaftaran

Mimpi yang Terjawab, Hati yang Tergetar

Hari pengumuman SNBP datang. Margaret hampir tak percaya—namanya muncul sebagai mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Kabar itu disambut antusias oleh sang kakak, yang langsung bekerja siang malam untuk mengumpulkan biaya keberangkatan ke Jakarta.

Namun, cibiran belum berhenti.

“Ada anak pejabat saja kuliah di Jawa, pulang-pulang bawa utang. Kita yang miskin jangan sok,” ujar salah satu tetangga.

“Miskin banyak gaya,” tambah yang lain.

Tapi Margaret tidak goyah. Ia tak membalas dengan kata-kata, melainkan dengan bukti.

“Pilihan ini kendaraan jiwaku. Aku hanya berharap, dalam perjalanan ini aku tetap terjaga,” ucapnya.

Kini, Margaret resmi menjadi mahasiswa UI.

Ia bukan lagi gadis Kupang yang ditertawakan karena ingin kuliah tinggi.

Ia adalah bukti nyata bahwa kemiskinan tidak pernah bisa mengalahkan keteguhan hati.

“Karena tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk seseorang, atau pemimpi yang terlalu kecil,” tulis Imam dalam unggahannya.

Margaret bukan sekadar satu cerita inspiratif.

Ia adalah wajah dari ribuan anak di pelosok negeri yang menyimpan potensi besar, namun terkurung oleh kemiskinan dan stigma sosial.

Kisahnya adalah tamparan bagi sistem pendidikan kita—yang kerap lebih cepat menghakimi, daripada memberi harapan.

Warganet memberikan respon positif : 

"MasyaAllah Margaret, anak cantik pintar ???? cantik banget khas Indonesia Timur ???? InsyaAllah kamu akan jadi wanita sukses dan hebat ????," 

"Anak hebat calon org sukses. Skrg kamu bisa buktikan omongan mereka nak. Buktikan dengan prestasimu nantinya. Dengan kamu lulus dan akan menempuh pendidikan di kampus terbaik, tanpa sengaja kamu akan memuliakan kedua ortumu sekaligus Tuhan pasti bukakan jalan untuk memutus rantai kemiskinan. Semnagat, belajar yg giat! Jdi anak sukses. Terharuu banget aku ????❤️????????," 
 
"Semoga disemogakan anakku nanti bisa berkumpul belajar bersama mereka orang orang hebat dan membanggakan orang tua ????," (Tribun Jakarta/Rr Dewi Kartika H)

 

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Anak Kuli Bangunan di Kupang Berhasil Masuk UI, Sempat Niat Tak Ikut SNBP Karena Nyinyiran Guru

 

 

Sumber: TribunJakarta
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan