Senin, 25 Agustus 2025

Piala Dunia 2022

Brasil, Membalut Luka dengan Kemenangan

Jika sejarah sepakbola mesti ditorehkan dengan tinta emas, maka Brasil – lah yang dipilih oleh Sang Nasib untuk menuliskan sejarah sepakbola dunia

Editor: Yudie Thirzano
AFP/GIUSEPPE CACACE
Penyerang Brasil Neymar duduk di tanah selama pertandingan sepak bola Grup G Piala Dunia Qatar 2022 antara Brasil dan Serbia di Stadion Lusail di Lusail, utara Doha pada 24 November 2022. (Photo by Giuseppe CACACE / AFP) 

Pendukung Bolsonaro menebar hoax yang memojokkan Lula melalui para tokoh agama.

Dalam perhitungan suara paska pemilu, mantan presiden Lula da Silva kembali berkuasa, mengalahkan Jair Bolsonaro dengan selisih sangat tipis.

Empat tahun kepemimpinan yang erosif, diikuti oleh pemilihan yang sangat terpolarisasi, telah membuat masyarakat Brasil terbelah.

Lebih buruk lagi, rakyat Brasil harus menyaksikan kapten tim nasional dan pemain bintang, Neymar, membelakangi lebih dari 30 juta orang Brasil yang kelaparan dan 120 juta orang yang hidup di ambang kerawanan pangan dan mendukung Bolsonaro.

Kolumnis bola The Guardian, Juninho Pernambucano, menulis bahwa Neymar jelas kehilangan kontak dengan akarnya, yaitu mayoritas penduduk yang akan mendukungnya selama Piala Dunia.

Setiap empat tahun, pemilihan presiden dan Piala Dunia bertepatan di Brasil, mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh lanskap masyarakat.

Setelah Piala Dunia Rusia 2018, terjadi pembajakan politik terhadap jersey kuning tim nasional Brasil -jersey yang bersejarah dan sangat dihormati.

Jersey tersebut digunakan untuk meningkatkan gerakan nasionalis Bolsonaro, dan membuat jutaan rakyat Brasil tidak mengakui dan menolak untuk memakainya, bahkan untuk kepentingan di Piala Dunia.

Namun terlepas dari semua ini, masih ada harapan untuk masa depan yang lebih baik, dengan banyak orang di Brasil mendukung tim nasional dan berharap bahwa kesuksesan tim Samba di Piala Dunia akan memulai rekonsiliasi akibat luka baru yang menyakitkan.

Proses pemulihan identitas Brasil di panggung dunia dimulai oleh Lula selama Konperensi Perubahan Iklim (COP27) yang diselenggarkan di Mesir.

Ia menunjukkan komitmen baru Brasil terhadap diplomasi global dan kepemimpinan lingkungan; dan proses pemulihan ini diharapkan berlanjut di lapangan hijau selama perhelatan Piala Dunia di Qatar.

Jika rakyat Argentina sangat berharap agar Tim Tango kalah terus-menerus di fase grup demi pemulihan ekonomi dalam negeri, maka rakyat Brasil sangat berharap agar Tim Samba berjaya di medan laga, untuk memulihkan luka politik serta merekatkan kembali persaudaraan antar anak bangsa.

Dalam situasi politik seperti inilah, tim asuhan Tite memasuki gelanggang pertempuran. Lawan pertama mereka adalah pasukan Serbia, di bawah pimpinan Dragan Stojkovic yang akan berlangsung di Lusail Stadium.

Kemenangan Tim Samba sangat dinanti untuk membalut luka-luka politik yang diderita oleh rakyatnya. Namun, Sergej Milinkovic-Savic dan kawan-kawan tak akan rela membiarkan Tim Samba mempecundangi mereka.****

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan