Rabu, 20 Agustus 2025

Empat Tantangan yang Dihadapi Saat Bangun Hunian Modern Ramah Lingkungan

Banyak pengembang yang membangun konstruksi bangunan termasuk rumah modern melalui penggunaan material ramah lingkungan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Home & Distribution Business VP Schneider Electric Indonesia, Farhan Lucky mengatakan ada 4 tantangan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan rumah modern berkelanjutan 

 Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini aspek berkelanjutan (sustainability) dan teknologi menjadi hal yang tidak dapak dipisahkan dalam upaya menangani permasalahan lingkungan.

Karena teknologi dapat memainkan peran penting lantaran tidak hanya dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas manusia saja, mamun juga menggaungkan pembangunan berkelanjutan. 

Banyak pengembang yang membangun konstruksi bangunan termasuk rumah modern melalui penggunaan material ramah lingkungan.

Jika ditinjau pada konteks pencapaian target emisi nol bersih secara global pada 2050, rumah modern dapat mengurangi emisi karbon dioksida melalui penerapan prinsip berkelanjutan berbasis teknologi.

Data pada 2019 menunjukkan bahwa rumah adalah konsumen listrik terbesar yang menyumbang 34 persen emisi karbon dioksida, jumlahnya diprediksi meningkat hingga dua kali lipat pada 2050.

Baca juga: LG Kenalkan Teknologi AI di Mesin Pendingin Ruang untuk Segmen Komersial

Penerapan serangkaian inovasi teknologi hijau yang memanfaatkan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) dan mengurangi konsumsi energi sangat penting untuk melawan perubahan iklim global.

Home & Distribution Business VP Schneider Electric Indonesia, Farhan Lucky mengatakan ada 4 tantangan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan rumah modern berkelanjutan.

Tantangan pertama adalah aspek berkelanjutan, karena diperlukan adanya dorongan dan edukasi mengenai pentingnya penerapan prinsip berkelanjutan dalam membangun rumah modern.

"Ini dilakukan demi mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang mengakibatkan perubahan iklim," kata Farhan kepada wartawan, Kamis (22/6/2023).

Selanjutnya adalah aspek ketahanan dan resiliensi, hal ini mengacu pada masih banyaknya peristiwa korsleting listrik yang memicu terjadinya kebakaran.

"Contohnya adalah tentang kejadian korsleting listrik yang masih sering terjadi, baik di luar negeri maupun di Indonesia. Di Eropa dan Amerika Serikat saja, setidaknya telah merugikan pemilik rumah sebesar 3,6 miliar euro setiap tahunnya," jelas Farhan.

Kemudian tantangan ketiga, kata dia, mengacu pada aspek efisiensi.

Ia menilai penerapan manajemen energi dan otomasi diperlukan untuk mengurangi konsumsi listrik pada rumah modern.

"Ketiga, efisiensi. Rumah modern memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi listrik lebih banyak, baik untuk gadget, peralatan pendukung kenyamanan, keamanan dan pekerjaan rumah. Perlu diterapkan manajemen energi dan otomasi untuk mengatasi hal ini," tegas Farhan.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan