Ramadan 2018
Etika Bertetangga Seorang Muslim
Tidak sedikit orang yang bertetangga justru saling menyakiti, saling melaporkan ke polisi hanya karena masalah sepele seperti soal parkir mobil.
Dalam kaitannya bertentangga maupun bergaul dengan sesama, Rasulullah memberikan penekanan bahwa etika pokok seorang muslim yang sempurna keislamannya adalah di saat ia mampu menjaga dirinya untuk mendzalimi orang lain dalam bentuk apapun, baik oleh lisannya maupun tangannya.
Baca: Lima Siswi Korban Gendam Tersadar Setelah Dengar Kumandang Azan
Pesan Rasulullah dengan "merasa aman dari lisannya" bisa mencakup gangguan dengan bentuk ucapan maupun dengan gerakan lisan yang bersifat melecehkan atau merendahkan orang lain.
Sementara "selamat dari tangannya" bisa mencakup kedhzaliman yang menggunakan tangan atau anggota tubuh lainnya, dan juga kedhzaliman dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki.
Tentu hal ini berlaku untuk semua aspek rasa aman yang berhubungan dengan orang lain, yang mancakup setiap orang yang dilindungi darah, harta, dan kehormatannya di dalam Islam.
Lalu, bagaimana praktisnya bentuk perbuatan mulia terhadap tetangga itu?
Pertama, memuliakan tetangga.
Dalam sebuah haditsnya yang sangat terkenal Nabi bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya" (HR. Muttafaqun `alaihi).
Pesan hadits ini menekankan soal bertentangga sangat tinggi kedudukannya hingga disejajarkan dengan keimanan seseorang terhadap Allah dan hari akhir.
Artinya barangsiapa yang tidak memuliakan (berbuat baik) terhadap tetangganya, maka ia dikategorikan sebagai orang yang tidak beriman terhadap Allah dan hari akhir.
Kedua, memelihara hak tetangga, khususnya yang paling dekat.
Betapa Rasulullah mewanti-wanti agar benar-benar baik sesama tetangga yang paling dekat. Minimal dengan lingkungan kompleks rumah.
Pernah suatu kali Aisyah ra bertanya: "Ya Rasulullah, aku memiliki dua tetangga, manakah yang aku beri hadiah? Rasulullah menjawab: "Yang pintunya paling dekat dengan rumahmu". (HR. Bukhari, Ahmad dan Abu Dawud).
Jelaslah tetangga yang paling dekat lebih berhak didahulukan daripada tetangga yang letak rumahnya jauh.
Tetangga yang paling dekat akan menjadi orang pertama yang menolong kita di saat kita terkena musibah.
Ketiga, tidak mengganggu ketenangan.