Ramadan 2025
Hikmah Dibalik Penolakan Doa, Cadangan Amunisi untuk Pertahankan Rahmat dan Karunia Allah SWT
Apakah pengabulan doa berarti tanda cinta Tuhan atau sebaliknya, penolakan doa berarti tanda benci Tuhan terhadap diri kta? Ini rahasia di baliknya.
Editor:
Anita K Wardhani
Oleh : Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setiap orang selalu memohon, agar doanya diijabah Allah SWT. Akan tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya.
Apa arti di balik pengabulan dan penerimaan sebuah doa?
Baca juga: Rahasia Agar Doa Dikabulkan Allah SWT, Nikmati Keajaiban Prosesnya Saat Dipanjatkan Penuh Etika
Apakah pengabulan doa berarti tanda cinta Tuhan atau sebaliknya? Atau penolakan doa berarti tanda
benci Tuhan terhadap diri kIta?
Tidak banyak orang memahami bahwa penolakan sebuah doa yang sudah dipanjatkan secara khusyuk dan berkali-kali justru akan menjadi modal utama bagi yang bersangkutan untuk menolak bala dan menjadi cadangan amunisi untuk mempertahankan rahmat dan karunia Allah SWT.
Seandainya dibukakan apa hikmah di balik penolakan doa maka mungkin di antara kita lebih banyak bersyukur akan penundaan pengabulan doa itu.
Baca juga: Bacaan Doa Hari ke-11 Puasa Ramadhan 2025 Disertai Lafal Latin dan Arti
Penolakan atau tertundanya sebuah doa boleh jadi disebabkan karena beberapa hal antara
lain sebagai berikut:
Pertama, Allah SWT mencintai hamba yang bersangkutan, karena itu Ia menolak permohonannya. Yang bersangkutan diminta untuk ke langit dan dilangit pasti lebih banyak pilihan yang maha baik disbanding apa yang dimohonkannya di bumi.
Allah SWT tidak ingin mengabulkan permohonan itu agar yang bersangkutan tidak asyik bermain dan menikmati hasil doanya lalu lupa naik ke langit.
Kita terkadang menanggapi seorang pemohon dengan memberikan permintaannya segera agar dia tidak datang lagi.
Kedua, Allah SWT memandang yang bersangkutan tidak terlalu penting baginya apa yang dimohonnya.
Permohonan itu lebih dibutuhkan oleh anak-anak atau cucu kesayangannya di kemudian hari.
Ia hanya menjadikannya sebagai kebutuhan sekunder sedangkan anak dan atau cucunya menjadikannya sebagai kebutuhan primer, sehingga Allah SWT tidak menurunkannya kepada tetapi kepada anak atau cucunya.
Ketiga, Allah SWT memandang persyaratan untuk dikabulkan sebuah doa dari hamba tetapi tidak terpenuhi persyaratan itu oleh hamba yang berasngkutan, misalnya doanya setengah hati atau tidak serius.
Seolah doanya hanya formalitas belaka, karena ia merasa aman (save) dari berbagai kemungkinan resiko terjeleh karena mungkin ia pejabat atau memiliki harta atau uang yang banyak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.