Sabtu, 6 September 2025

Ratusan Pendekar Silat Mengamuk di Madiun dan Tulungagung

Ratusan pendekar silat yang diduga anggota dari Persaudaraan Setia Hati (PSH) Tunas Muda Winongo, Madiun, kembali berulah.

Editor: Tjatur Wisanggeni
zoom-inlihat foto Ratusan Pendekar Silat Mengamuk di Madiun dan Tulungagung
kompas.com
Ilustrasi pesilat

Dalam bentrokan itu terjadi aksi saling lempar menggunakan batu bata, yang berakibat rusaknya sejumlah rumah warga di kawasan yang menjadi rute konvoi para pendekar itu. Selain itu, polisi juga menangkap tujuh pendekar yang diduga memicu bentrokan.

Aksi saling lempar batu bata dan batu itu, terjadi di Jalan Raya Madiun - Ponorogo. Di jalur ini, sempat terjadi aksi ketegangan selama berjam-jam usai perang batu tersebut. Di sepanjang jalan itu, semua toko ditutup seharian.

Perang batu juga terjadi di perempatan Desa Kaibon, Desa Sangen, serta di Desa Slambur, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun. Polisi berhasil membubarkan perang itu dengan cara memaksa warga desa mundur dan masuk ke kampung, lalu memaksa para pendekar melanjutkan konvoi mereka. Dalam aksi itu, petugas Polres Madiun sempat menahan dua pendekar dan sebuah motornya.

Seorang warga, Supri (27) menjelaskan, bentrokan di Jalan Raya Madiun - Ponorogo, Desa Sangen, Kecamatan Geger dipicu adanya aksi geber gas motor peserta konvoi. Selanjutnya, adanya lemparan batu yang memicu warga perkampungan langsung merangsek menuju jalan raya. “Kalau tidak ada aksi para pendekar berkonvoi itu, jelas warga tidak akan melawan,” terangnya kepada Surya, Minggu (19/12/2010).

Di Jalan Jambu Kembar, Pandean, Kecamatan Taman, Kota Madiun, konvoi pendekar merusak rumah Sufiati (35), sehingga kaca depannya berantakan. Di wilayah itu, sebuah motor dihancurkan pendekar. Buntutnya, lima pendekar ditangkap polisi setelah berupaya mencoba kabur.

“Awalnya cuma ramai-ramai konvoi. Tapi, tiba-tiba ada suara kaca pecah. Pas kami keluar, di teras sudah banyak batu bata,” kata Sufiati yang tak menyangka rumahnya jadi sasaran.

Tatik (42), warga setempat, menjelaskan, awalnya konvoi masuk kampung lalu mereka berteriak-teriak sambil melempari rumah warga. “Soal pemicunya, saya tidak tahu. Yang jelas, yang melempari rumah warga adalah pendekar berpakaian hitam-hitam,” ungkapnya.

Sementara, di Jl Raya Madiun - Solo, Desa Sukolilo, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, ratusan warga membawa kayu dan batu bata. Mereka memblokade jalan antarprovinsi itu, menyusul adanya isu penyerangan. Dampaknya, kendaraan yang melalui jalur itu padat merayap di tengah-tengah massa yang memblokade jalan.

“Sebelum desa kami diserang, kami berjaga dan mengamankan perkampungan kami. Ini tak ada koordinatornya, warga sadar tidak mau rumah atau keluarganya menjadi korban dan keluar rumah mengamankan kampungnya,” pungkasnya.

Sementara, Kabag Ops Polres Madiun Bambang S menegaskan bahwa dari sejumlah lokasi rawan bentrok, di Desa Sukolilo yang paling rawan. Namun demikian, dia mengaku berhasil mengamankan dua pendekar yang diduga sebagai provokator dalam aksi bentrok dengan warga menggunakan batu dan batu bata di JL Raya Madiun - Ponorogo, Desa Sangen, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

“Untuk sementara keduanya dan motornya kami amankan dulu dan akan kami mintai keterangan. Kami menduga keduanya sebagai pemicunya,” tandasnya.

Pelaksanaan “Suran Agung” adalah salah satu ritual yang wajib dilakukan perguruan silat PSH Tunas Muda Winongo, terutama pada bulan Muharam atau bulan Suro. Kegiatan ini dipusatkan di Jalan Dhoho Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun dan dihadiri anggota dari kota/kabupaten lainnya.

Kericuhan yang melibatkan pendekar juga terjadi di Kabupaten Tulungagung. Kali ini, yang diduga menyerang adalah kelompok pendekar yang tergabung dalam Persaudaraan Silat Setia Hati (SH) Terate. Mereka menyerang dan merusak belasan rumah warga Desa Suruhan Kidul, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Minggu dini hari.

Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian tersebut. Namun akibat serangan membabi-buta tersebut, belasan rumah warga rusak berat diterjang batu.

“Kami takut untuk langsung keluar melihat jumlah kelompok yang begitu banyak. Dan setelah mereka pergi barulah kami keluar dan mendapati kaca jendela rumah pecah dan berantakan,” ucap Sukidi.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan