Tersedak Jeli Bocah 3 Tahun Tewas
Noval Fahrudin Abdillah, bocah berusia 3 tahun, warga Kebraon II Gang Manggis Karangpilang, Surabaya tewas setelah makan jeli, Sabtu (12/2/2011).
Editor:
Gusti Sawabi
“Dia habis makan jeli. Setelah makan, dia tersedak dan langsung muntah busa. Dari telinganya juga keluar darah,” tutur Hari Susanto, ayah Noval, ketika ditemui di RSU dr Soetomo.
Karena disertai muntah dan mengeluarkan busa, maka polisi juga mendalami kemungkinan Noval keracunan.
“Dia meninggal setelah memakan jeli yang dibeli di sekolah TK Harapan Pertiwi di Kebraon II Gang Tomat,” kata Kapolsek Karangpilang AKP Ismail.
Setelah muntah, Noval segera dilarikan ke RS Siti Khatidjah Sepanjang. Namun nahas, saat dalam perjalanan ke rumah sakit itu nyawa Noval tak tertolong lagi. Ia meninggal sekitar pukul 08.30 WIB.
Jenazah Noval lantas dilarikan ke kamar mayat RSU dr Soetomo bersama anggota Polsek Karangpilang guna dilakukan otopsi.
Hari Susanto menceritakan, Sabtu (12/2) pagi, ia mengantarkan Noval Fahrudin ke rumah budenya, Winarni (45) di Kebraon. Hari membawa anaknya ke rumah kakaknya itu karena dia harus berangkat kerja di proyek, sedangkan istrinya, Rufiati bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
“Noval saya titipkan ke kakak saya, karena kalau pagi saya harus berangkat kerja di proyek, sedangkan istri saya bekerja di rumah tangga,” ujar Hari Susanto.
Begitu sampai, Winarni pun mengajak Noval untuk bersama-sama mengantar Afrizal alias Rizal (4) ke sekolah. Rizal adalah anak Winarni yang sekolah di TK Harapan Pertiwi, di Kebraon II Gang Tomat.
Di sela-sela sekolah itu, Noval dan Rizal kemudian membeli jeli ke Nur Kusumawati (42), yang juga guru TK Harapan Pertiwi.
Begitu menikmati jeli, Noval tiba-tiba tersedak. Tak lama kemudian, Noval kejang-kejang lalu muntah dengan mulut berbusa. Di telinga kanannya juga mengeluarkan darah. Hal ini membuat panik Winarni dan orang-orang di sekitarnya. Noval pun langsung dilarikan ke RS Siti Khatidjah, Sepanjang. Sedangkan beberapa orang lainnya melaporkan kejadian itu ke polisi.
Namun nahas, dalam perjalanan ke rumah sakit itu nyawa Noval tidak bisa diselamatkan lagi. Oleh pihak RS Siti Khatidjah, jenazah Noval kemudian dibawa ke RSU dr Soetomo.
Begitu mendapat kabar dari Winarni, Hari Susanto langsung bergegas ke RSU dr Soetomo.
Hari Susanto yang berusaha tegar itu tidak menduga nasib anaknya berakhir seperti itu. Ia juga tidak mendapatkan firasat apa-apa sebelum kejadian itu. Yang selalu dia ingat adalah kaos kesukaan yang dipakai Noval, yakni kaos Timnas dengan nama Irfan Bachdim. “Usianya masih tiga tahun, tapi rasa pingin sekolahnya besar. Makanya dia senang saja saya titipkan ke budenya, karena selalu diajak menemani Rizal sekolah,” kata Susanto.
Kondisi berbeda dialami Rufiati, ibu Noval. Saat ditemui di rumahnya, Kebaron II Gang Manggis Nomer 31, Rufiati terduduk lemas dengan bersandar pada dinding. Ia berkalungkan handuk putih di leher untuk mengusap air matanya yang tak henti menetes.
Rufiati seolah belum rela dengan kepergian Noval. Sampai-sampai beberapa kerabat dekat dan tetangga yang coba menenangkan, tak digubrisnya.