Bus Pelajar Terguling, 12 Luka-luka
Setidaknya 30 pelajar sempat bergelut dengan maut saat bus terguling
Editor:
Budi Prasetyo

Sejumlah siswa yang kondisinya tak terlalu parah, pada malam tadi boleh segera dibawa pulang. Tampak sebuah bus menjemput mereka. Namun para siswa mengaku enggan naik kendaraan roda empat.
"Mereka dijemput tapi tak mau naik bus. Katanya trauma," ujar sopir penjemput, Agus.
Dari 12 siswa korban kecelakaan, hanya enam yang diperbolehkan pulang. Sedangkan enam lainnya dirawat di sejumlah ruangan.
Melebihi kapasitas
Berdasarkan informasi, bus itu mengangkut 30 pelajar dari arah Tembeling menuju Tanjunguban. Namun ketika di sebuah tanjakan, bus terhenti dan meluncur mundur.
"Tadi saya lihat sendiri, awalnya mobil itu mundur karena tidak mampu menaiki tanjakan, dan ban sebelah kirinya masuk kedalam parit akhirnya terguling," ujar salah satu warga.
Kapolsek Bintan Timur AKP Wisnu Edi Sadono, belum mau berkomentar banyak tentang penyebab kecelakaan ini. Namun menurut para saksi mata, bus itu cukup penuh sehingga diperkirakan melebihi kapasitas angkut.
Wisnu mengatakan, bus ber-Nopol BP 7047 BU itu dikemudikan oleh M Haris. Kini sopir masih dimintai keterangan. "Sekarang sudah kita amankan, kejadian ini ditangani oleh kanit Sabara Polsek Teluk Bintan dan telah dilimpahkan ke Pos Unit Laka Gesek guna penanganan selanjutnya," katanya.
Mamat Tetap Bercanda
Meskipun mengalami luka parah, Mat Hasyim tak terlihat kesakitan, Selasa (23/10) malam. Ketika ditanya soal celana sekolahnya yang sudah robek, dengan santai Mamat justru mencoba membuka celananya.
Niatnya itu pun langsung dicegah keluarganya dan disarankan lebih baik digunting saja.
"Mamat pakai celana pendek di dalam," ujarnya bercanda sembari akan membuka celana seragamnya.
Kaki kiri Mamat mengalami luka cukup parah. Karena itu cukup kesulitan ketika celana yang dipakainya hendak dilepas secara wajar. Rencananya ia juga akan dioperasi.
Mamat adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Selama ini ia ke sekolah dengan bus antar jemput pelajar. "Mamaknya sudah meninggal sejak dia kecil. Mungkin waktu dia umur tiga tahun," sebutkerabat almarhum ibunya.
Sejak itu, Mamat dibesarkan oleh bapaknya. Namun bapaknya tak dapat bekerja, karena sejak lahir sudah mengalami kelainan pada kakinya. Kakak Mamat yang bernama Nia, yang menghidupi keluarga kecil itu sejak lulus SMA pada 2010.
Nia bekerja sebagai cleaning service di Kantor Bupati Bintan di Bintan Buyu.
Nia sendiri sedang bekerja saat mendengar kabar kecelakaan bus sekolah yang juga mencelakai adiknya itu Ia pun sempat tersentak. "Saya masih kerja sekitar pukul 14.00 siang. Kantor langsung heboh semua," sebut Nia pada Tribun. Ia pun langsung menyusul, tak menyangka adiknya termasuk menjadi korban.