Demo Tolak Minimarket di Jember Berakhir Ricuh
Kenapa minimarket ini masih beroperasi padahal warga sekitar menolak. Apa ijin minimarket ini sudah beres

Laporan dari Sri Wahyunik wartawan surya
TRIBUNNEWS.COM,JEMBER - Demo penolakan berdirinya minimarket berjaringan di jalan Jawa Kelurahan/Kecamatan Sumbersari diwarnai kericuhan, Kamis (3/12). Bahkan dua mahasiswa terluka lecet akibat kena pukulan polisi.
Demo dilakukan oleh tiga elemen mahasiswa dan warga dari Asosiasi Pedagang Tradisional Jember (APTJ), Gerakan Rakyat Antiminimarket Berjaringan (Geram) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Jember. Demo itu bermula dari beroperasinya sebuah minimarket berjaringan di jalan Jawa lingkungan Gumukerang RW 27 Kelurahan/Kecamatan Sumbersari.
Demoa diawali di gedung DPRD Jember dengan pengawalan ketat aparat Polres Jember. Usai dari gedung dewan, mereka menuju minimarket tersebut.
"Kenapa minimarket ini masih beroperasi padahal warga sekitar menolak. Apa ijin minimarket ini sudah beres, karena sepengetahuan kami warga tidak pernah memberikan ijin HO (lingkungan)," ujar Ketua GMNI Jember Sahru Romadhoni.
Puluhan pendemo tersebut bermaksud menyegel toko yang baru dibuka tiga hari lalu itu. Namun polisi yang berjaga ketat di depan toko melarang mereka.
Awalnya hanya terjadi adu mulut anatara pendemo dan polisi. Namun tiba-tiba terjadi baku hantam di kerumunan polisi dan pendemo. Pendemo yang sebagian besar terdesak ke belakang. Seorang polisi juga sampai terjengkang ke aspal dalam kericuhan itu.
Dua orang mahasiswa menderita lecet di wajah akibat pukulan. "Polisi memukul-polisi memukul," teriak pendemo. Aksi saling pukul terhenti setelah sejumlah polisi memisahkan kerumunan.
Namun ketegangan masih menguar anatar mahasiswa dan polisi. Ketegangan sedikit mereda saat adzan dzuhur berkumandang dari masjid di seberang lokasi demo. Pihak toko juga akhirnya menutup toko yang sebelumnya buka.
Di akhir demo mahasiswa menyegel pintu toko. Mereka memasang dua kunci ditambah rantai. Bahkan di lubang anak kunci, dibubuhi lem perekat dan tanah.
"Toko ini harus tutup. Dan kami kecewa karena aparat kepolisian melakukan kekerasan menghadapi mahasiswa," tegas Sahru.