Liputan Khusus Aceh
Uang Aceh Habis Dibelanjakan di Luar Aceh
jumlah uang yang masuk ke Aceh sekira Rp 2,8 triliun. Rp 2,1 triliun kemudian tercatat digunakan untuk bertransaksi di luar Aceh.
“Mereka sanga potensial. Produk-produknya kreatif. Kita datangkan konsultan khusus untuk melatih mereka,” katanya.
BPS memang mencatat kontribusi sektor swasta untuk pertumbuhan ekonomi sangat rendah. Ekonomi menggeliat hanya melalui realisasi dana APBA, APBN, dan APBK setiap tahun.
Lebih pahit lagi, serapan anggaran di berbagai dinas/badan itu baru berdampak ke masyarakat di akhir tahun, ketika dana-dana proyek mulai cair dan serapan anggaran mencapai prosentase tertinggi.
Sedangkan sektor swasta belum memberikan andil bagi pertumbuhan ekonomi, padahal sektor industri dan konstruksi ini merupakan usaha padat modal dan padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja.
“Program ketahanan pangan harus ditangani serius karena sebagai kebutuhan pokok inilah yang menjadi pemicu terjadinya inflasi. Untuk langkah awal bisa dibina beberapa kelompok petani sebagai pilot project, namun harus ditetapkan prioritas komoditi yang sesuai dengan permintaan pasar seperti telur dan sayur,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Hermanto yang ditemui Serambi di Banda Aceh, Jumat 15 Agustus 2014.
Ia menyoroti program pembangunan fisik yang tidak tepat guna, dan semestinya bisa dialihkan untuk modal usaha petani.
Saat ini tak ada usaha-usaha produktif yang signifikan menahan lajunya uang ke luar dari Aceh. Mulai dari sembako alias pangan, juga sandang, harus didatangkan dari Medan.
Bahkan papan pun harus ‘diimpor’ dari Medan. Kayu-kayu terbaik Aceh dikirim ke Medan, setelah diolah dan dibuat beragam furniture, baru dikirim kembali ke Aceh dan dijual dengan harga tertinggi.
Pengamat ekonomi dari Universitas Syiah Kuala, Rustam Effendi menambahkan, selain memang Aceh tak punya pabrik, penyebab mudahnya uang lari ke luar Aceh juga lantaran sifat konsumtif masyarakat Aceh.
“Bukan hanya sembako dari sana. Mobil, apartemen, pakaian, bahkan istri muda pun kebanyakan digaet di luar Aceh. Maka, dana yang ke luar dari Aceh tak terhitung jumlahnya,” kata Rustam sambil tersenyum.(sak/rul/sar)