Jumat, 22 Agustus 2025

Dikeroyok Guru, Siswa SMPN di Pati Digebuki dan Disodok Gagang Sapu

Akibat peristiwa itu KF mengalami trauma, mual dan muntah gara-gara 'dikeroyok' oleh gurunya.

Editor: Rendy Sadikin
Dokumen Pribadi
Seorang anak laki-laki berinisial KF (13) mengaku menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah guru di ruang kelas. 

"Adik saya mengaku sakit sampai teriak-teriak, namun teriakan itu tidak digubris," aku Endang.

Mirisnya, penganiayaan yang berlangsung lama, hanya disaksikan oleh para guru yang didekatnya. amun, mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tapi salah satu guru sempat berteriak histeris 'bu tolong jangan dipukuli, itu anak orang bu'. Namun teriakan itu tidak digubris," jelas Endang.

Sepulang dari sekolah, KF mampir ke tempat penitipan sepeda di dekat sekolah. Di sana, KF mengaku mual, sakit dan ingin muntah.

Alhasil, imbuh Endang, KF sempat tertidur di tempat penitipan sepeda tersebut karena tidak kuat melanjutkan perjalanan pulang.

Sesampai di rumah, keluarga memergoki luka memar di wajah. Sempat emoh bilang, akhirnya KF pun mengaku 'dikeroyok' para gurunya.

Tak hanya itu, akibat pengeroyokan tersebut, KF tidak mau masuk sekolah karena trauma.

Keesokan harinya, Rabu (23/9/2015), kakak KF yang bernama Ira (29) mendatangi pihak sekolah. Namun, di sana, sang kakak hanya bertemu staf humas sekolah.

"Ira minta bertemu dengan kepala sekolah dan wali kelas. Dia ingin mengadu dan meminta solusi," tutur Endang.

Namun, kata Endang, humas melarang Ira bertemu kepsek dan wali kelas dengan alasan tidak bisa bertemu langsung karena masalah prosedur.

"Pihak humas mengaku tidak bisa terima sebelum terkumpul banyak pengaduan dari murid lain terkait kasus yang menimpa KF," ujar Endang,

Setelah terkumpul, kata KF, pengaduan akan dikirimkan ke bimbingan konseling dan baru dibawa ke kepsek. Jadi, tidak bisa jika satu kasus diproses begitu saja.

Menurut Endang, dari beberapa informasi siswa di sekolah itu, ada lebih dari lima di antaranya yang cerita ke Ira soal guru-guru yang diduga melakukan penganiayaan.

"Kata mereka, Bu Narti dan Pak Tulus memang terkenal suka main tangan," tutur Endang.

Hingga berita ini disusun, Tribun masih mencoba untuk mengonfirmasi pihak sekolah terkait kasus dugaan penganiayaan ini.

Sejauh ini, pihak keluarga korban belum melaporkan kasus penganiayaan tersebut ke polisi.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan