Kisah Ratna, Guru Penderita HIV yang Tetap Disayang Anaknya
Virus mematikan hidup dalam tubuh Ratna. Namun, semangatnya mendidik bangsa tak pernah pupus.
Editor:
Sugiyarto
Coming Out
Ingin memotivasi ODHA lain, menggugah kesadaran tentang HIV/AIDS, serta menghapus stigma, Ratna merasa perlu mengungkapkan jati dirinya sebagai seorang HIV Positif.
Dia mulai bercerita kepada rekan kerjanya, seorang guru agama Kristen.
"Ternyata dia tidak mengucilkan saya. Dia malah merangkul dan menyemangati saya," ungkapnya.
Ratna lalu mulai terbuka kepada kepala sekolahnya, guru-guru lain, serta beberapa muridnya.
"Mereka menerima saya," katanya.
Keterbukaan Ratna justru bermanfaat. Dia dengan mudah menyosialisasikan HIV kepada siapa pun, mulai murid hingga orang baru yang duduk di sampingnya kala dalam penerbangan.
Di lingkup paling kecil, sekolahnya, keterbukaan Ratna membuat para murid tak canggung bicara tentang apa pun yang kerap dituding sebagai gejala-gejala HIV.
"Kalau ada yang merasa terinfeksi dan mau periksa, saya bawa saja mereka untuk tes. Bagaimanapun, mengetahui lebih dini akan membantu pengobatan," jelas Ratna.
Ratna menganggap, keterbukaan adalah keharusan.
"Kalau saya menyembunyikan penyakit saya, saya merasa berdosa," katanya.
Keterbukaan bukan aksi "pamer".
"Saya ingin memberi motivasi pada ODHA. Jangan merasa terpuruk. Kalau kita jalani hidup dengan senang, kita tidak akan merasakannya. Saya sendiri tidak merasa saya sakit," tuturnya.
Harapan
Di ujung sambungan telepon saat dihubungi Kompas.com, Senin (30/11/2015), Ratna menyampaikan harapan kecilnya pada banyak pihak.