Masih Ingat Dukun Cilik Ponari? Menyedihkan Nasibnya Kini Tak Menentu
Dukun cilik Ponari dulu begitu fenomenal di negeri ini. Namun kini nasibnya tak menentu.
Editor:
Rendy Sadikin
Syaiful datang ke rumah Ponari tidak sendirian, melainkan bersama 10 teman sekelasnya.
Mereka datang membawa sebotol air kemasan. Mereka juga membawa pensil 2B yang akan digunakan untuk unas.
Begitu sampai di rumah Ponari, air yang dibawa para pelajar dipindah ke ember plastik.
Selanjutnya, pensil untuk unas itu diceburkan ke ember.
Tak berapa lama, Ponari muncul dari dalam rumah.
Di tangan anak pasangan Khomsin-Mukharomah ini tergenggam batu 'ajaib' yang konon ditemukan saat hujan lebat bersamaan sambaran geledek.
Ember berisi air yang berjajar di teras rumah hasil dirinya berpraktik sebagai dukun cilik itu lantas ia celupi batu secara bergantian.
Selesai melakukan pencelupan batu, Ponari buru-buru kembali ke dalam rumah.
Sejumlah awak media yang hendak wawancara harus gigit jari, karena Ponari menggelengkan kepala tanda tak bersedia diwawancarai.
Bahkan selama pencelupan batu, Ponari lebih banyak menundukkan wajah, menghindari kamera wartawan.
Suparti (45), orangtua siswa SMP mengatakan, ia mengantarkan anaknya meminta air bertuah dari Ponari.
Dia menyadari itu hanya satu ikhtiar saja. Yang terpenting, lanjut Suparti, menyuruh anaknya giat belajar.
Ibunda Ponari, Mukharomah menjelaskan, anak semata wayangnya itu saat ini kelas V SDN Balongsari.
Mukharomah mengaku, jumlah 'pasien' yang datang jauh menurun ketimbang 'masa jayanya' dulu.