Kepala BMKG Bantah Curah Hujan Jadi Penyebab Banjir Besar di Samarinda
Banjir besar yang terjadi di kota tepian, yang diduga terjadi karena intensitas hujan dan juga debit air disungai, ternyata bukan jadi satu-satunya pe
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Banjir besar yang terjadi di kota tepian, yang diduga terjadi karena intensitas hujan dan juga debit air disungai, ternyata bukan jadi satu-satunya penyebabnya.
Dijelaskan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Samarinda, Sutrisno, penyebab banjir perlu di kaji lagi oleh pihak terkait.
Pasalnya jika beracuan terhadap intensitas hujan, dari tanggal 1-6 april, intensitas hujan masuk dalam kategori ringan lebat.
Hal itu dibuktikan dengan pengamatan curah hujan di beberapa lokasi, diantaranya di bandara Temindung, Lempake, Lubuk Sawah, Sungai Kunjang dan Tenggarong Seberang.
Lalu, kriteria hujan ektrem yang bisa akibatkan banjir, yakni curah hujan dalam satu jam mencapai lebih dari 20 milimeter, atau dalam sehari terjadi lebih 100 milimeter.
Sementara tanggal 2 april, hanya 23,0 milimeter dalam kurung waktu 3 jam, lalu tanggal 3 april 46 milimeter dalam waktu 4 jam.
"Penyebab banjir memang perlu di kaji lebih lanjut, kenapa kok bisa sampai banjir berhari-hari, karena kalau berkaca dari curah hujan, tidak masuk dalam kriteria hujan ekstrem," ungkapnya, Jumat (7/4/2017).
Lanjut dia menjelaskan, terkait dengan pasang sungai, dirinya tidak pungkuri jika pada 2-3 hari kedepan akan ada peningkatan yang cukup tinggi.
Sejak tanggal 7 april, terjadi pasang air pada pukul 06.00 wita sekitar 1,2 meter, lalu kembali naik dipukul 17.00 wita, sekitar 1,8 meter.
Dan, di tanggal 8-9 april akan terus mengalami peningkatan, dan pada tanggal 10 april, kenaikan pada pagi hari mencapai 1,8 meter, dan sore harinya mencapai 2 meteran.
"2 hari yang lalu tidak terlalu tinggi, namun 3 hari kedepan akan alami kenaikan," tuturnya.
Selain itu, secara umum, kawasan Kaltim masih masuk dalam musim penghujan, sama halnya dengan Samarinda. Dan, awal kemarau diprediksi terjadi pada Juni dan Juli.
"Potensi hujan dalam satu minggu ke depan masih ada, dengan intensitas sedang lebat," ungkapnya.
Dengan kondisi seperti itu, pihaknya menghimbau kepada warga yang tinggal di kawasan titik genangan, termasuk yang tinggal di kawasan perbukitan untuk tetap waspada.
Selain itu, sebelum terjadinya hujan, juga diperkirakan akan terjadi angin kencang, warga pun diminta untuk tidak berlindung di bawah baliho maupun pohon besar.
"Warga yang tinggal di kawasan rawan, banjir maupun longsor, untuk waspada, termasuk agar warga jangan berlindung di bawah baliho maupun pohon besar," ucap Sutrisno. (*)