Misteri Suara Seram di Puncak Bukit Bedil yang Tak Terungkap
Di desa tersebut berdiri dengan kokoh sebuah bukit yang memiliki sejarah dan cerita tersendiri bagi masyarakat sekitar.
Editor:
Dewi Agustina
"Kalau suara bedil memang sudah ada sejak kami kecil. Menurut orang tua dulu suara itu sudah ada. Suaranya kadang terdengar pagi, kadang juga siang atau malam. Suara dentumannya pesis seperti suara bedil," katanya.
Selain memiliki cerita mengenai suara tembakan yang berasal dari puncak Bukit Bedil, di bukit tersebut juga terdapat sebuah tugu yang diduga merupakan tugu titik koordinat atau disebut sebagai Tugu Triangulasi (pemetaan oleh kolonial belanda).
Sebuah tugu segi empat yang memiliki tinggi sekitar 130 Centimeter (Cm) dan memiliki tulisan TRIANG NO.32 di bagian tengahnya tersebut sudah berada di puncak bukit tersebut sejak puluhan tahun lalu.
"Sejak kami kecil tugu tersebut sudah ada. Di atas bukit itu juga ada sisa helipad yang kerap digunakan helikopter untuk mendarat," katanya.
Berdasarkan cerita turun temurun kata Akrom, tugu tersebut diyakini dibangun pada saat penjajahan kolonial belanda yang berfungsi untuk pemetaan wilayah.
Dia mengaku tidak ada cerita khusus mengenai keberadaan tugu tersebut baik kapan dibangun maupun fungsinya.
"Ini bukit tertinggi untuk wilayah OKU Timur. Kalau bukit yang ada di sekitar bukit ini lebih rendah, kalau dilihat dari atas bukit ini, semua wilayah terlihat, bahkan wilayah Lampung juga terlihat. Kemungkinan tugu ini dibangun untuk menentukan titik koordinat," katanya.

Heliped di Ketinggian 442 Mdpl
Selain keberadaan Tugu Triangulasi, Puncak Bukit Bedil juga memiliki sejarah tersendiri bagi masyarakat sekitar, sebelum tahun 1972, Bukit Bedil sering disinggahi sejumlah orang menggunakan helikopter.
Bahkan di puncak bukit tersebut ada bekas Heliped (landasan helokopter) yang hingga saat ini masih tersisa dan masih menjadi cerita hangat ditengah-tengah masyarakat Desa Waysalak dan sekitarnya.
"Di puncak bukit itu juga ada landasan helikopter. Terakhir helikopter mendarat disana tahun 1972. Waktu itu kami masih kecil-kecil. Kami berlari kesana ingin melihat helikopter yang mendarat disana," terangnya.
Dengan jelas Akrom menceritakan bagaimana dirinya bersama beberapa teman sebayanya menyaksikan helikopter mendarat di puncak Bukti Bedil dan menurunkan beberapa orang besar dan putih yang diperkirakan penduduk sekitar merupakan warga negara Belanda atau warga negara Australia.
"Mereka bermukim di puncak bukit itu, mereka hanya turun sesekali untuk mengambil air di pemukiman warga. Di atas bukit itu tidak ada mata air yang dekat. Jadi mereka turun ke pemukiman warga kemudian mereka naik lagi ke atas bukit setelah mendapatkan apa yang mereka cari," katanya.
Dikatakan Akrom, tidak ada warga maupun tetua desa yang mengetahui tujuan penumpang helikopter tersebut mendirikan tenda dan bermalam hingga lebih dari tiga bulan di puncak Bukit Bedil itu.
Selain karena penumpang helikopter tersebut menggunakan bahasa Inggris yang tidak bisa dimengerti.
"Waktu itu ada satu orang warga desa yang bisa berkomunikasi dengan mereka karena memang dia kuliah di Jogja. Namun saat ini dia sudah meninggal. Dia juga tidak bercerita banyak tentang tujuan orang-orang itu mendirikan tenda di atas bukit bedil itu," katanya.