Jumat, 3 Oktober 2025

Sinta Tewas Kecelakaan di Amerika, Butuh Rp 325 Juta Biaya Pemulangan Jenazahnya ke Bali

Jejaring media sosial dibuat heboh dengan kasus meninggalnya seorang mahasiswi Sekolah Tinggi Perhotelan Bali (STPBI), Ni Kadek Ayu Ratih Sinta (21).

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Foto kenangan almarhum Ni Kadek Ayu Ratih Sinta beredar di media sosial, Sabtu (20/1/2018). Sinta meninggal setelah tertabrak mobil di Miami, Amerika Serikat. 

Interview sebelum training pun tidak main-main karena dilakukan oleh GM atau Chef dari hotel yang memang membutuhkan mahasiswa-mahasiswi STPBI yang berkompeten.

"Di samping mendapat training, juga mendapat bayaran 10 hingga 15 dolar per jamnya. Dan sebetulnya bukan soal duit yang besar itu. Tapi etos kerja dan wawasan internasional, harusnya ini yang dilihat oleh para anak didik," tegasnya.

Sudjana menegaskan lagi, ketika Visa J1 yang dipakai itu habis, maka bisa disebut anak itu ilegal.

Dan tidak diketahui pasti, apakah anak-anak didiknya itu bersama teman atau ada sponsor yang menampungnya.

Sebab, sejak November 2017 lalu, Sinta sudah bukan lagi menjadi tanggung jawab STPBI.

"Yang kami sesalkan, kami sudah mencoba menghubungi namun komunikasi diputus. Komunikasi dengan orangtuanya juga terputus. Kami juga sudah memberitahukan Konjen Amerika bahwa mahasiswa kami ada yang tidak pulang, dan sudah melakukan berbagai upaya supaya kembali lanjutkan kuliah," paparnya.

Baca: Penampakan Chopperland Milik Jokowi Seharga Rp 140 Juta

Sebenarnya, kata Sudjana, ketika masa training itu sendiri, dalam kontrak satu tahun asuransi seorang mahasiswa itu ditanggung melalaui program ITN.

Dan yang menanggung ialah asuransi di Amerika. Selama satu tahun, ketika sakit, kecelakaan, atau pun meninggal seluruh biaya di-cover oleh ITN.

"Karena dia ilegal, tidak di-cover. Pada prinsipnya orangtuanya juga sudah ke kampus dan meminta maaf. Kebetulan orangtua dan keluarganya orang-orang kapal. Tahu persis bagaimana kebijakan di luar negeri itu. Kemudian, kami tidak bisa menanggung apa-apa, karena sudah mengingkari kesepakatan. Kami hanya monitor saja," jelasnya.

Pihaknya mengetahui saat ini teman-teman Sinta di Amerika berinisiatif menggalang dana untuk biaya pemulangan jenazah.

"Kami bukan tidak bertanggungjawab. Tapi kami sudah sangat memperketat aturan. Tapi ada upaya dari pihak-pihak yang ingin anaknya tidak pulang. Dan itu menyalahi aturan kesepakatan dan sampai saat ini masih ada yang tidak pulang. Jumlah di atas 10 orang," bebernya.

Sudjana menambahkan, pihaknya akan melakukan pengetatan lagi dalam melakukan pengiriman training mahasiswa-mahasiswi.

Pihaknya akan meminta pihak ITN dan hotel di Amerika tidak akan memberikan langsung sertifikat itu ke mahasiswa, tapi akan diserahkan di sekolah.

Diakuinya, sertifikat ini cukup ampuh untuk anak didiknya mendapat pekerjaan.

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved