Kisah Suram Pelecehan Seksual di Dunia Pendidikan yang 'Terekam' Lewat Mading
Sekilas terlihat unik dan menarik perhatian, namun jika diperhatikan seksama maka hal mengerikan akan tergambar dari mading itu.
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah unggahan foto di Twitter baru-baru ini menjadi viral dan ramai diperbincangan warganet.
Foto tersebut memperlihatkan sebuah mading yang penuh dengan poster warna-warni.
Sekilas terlihat unik dan menarik perhatian, namun jika diperhatikan seksama maka hal mengerikan akan tergambar dari mading itu.
Ya, mading itu berisi curhatan kelam para korban pelecehan seksual di lingkup dunia pendidikan.
Mereka menyuarakan jeritan hati mereka melalui poster dengan hastag GaBohong, TimesUp dan SpeakUp.
Foto itu pertama kali diunggah pemilik akun Twitter @nabiylarisfa pada 28 Maret 2018.
Dalam unggahannya, Nabiyla menjelaskan bahwa poster-poster itu merupakan bagian dari aksi Womens March awal Maret lalu.
"Gaes, jadi ini adalah poster-poster terkait pelecehan seksual di dunia pendidikan yang kemarin rame di #womensmarch Jogja dan sekarang dipamerkan di Fisipol UGM. Kalau tanya cerita yang kayak di poster ini kejadian dimana, ya dimana-mana,"
Ia pun mengungkapkan kesedihannya saat tahu banyak orang yang menuliskan pengalaman pribadi atau teman dekat yang pernah mengalami pelecehan seksual di sekolah maupun kampus.
Mengingatnya banyaknya kasus itu di berbagai tempat, Nabiyla mengungkapkan apresiasinya untuk kampus yang berani bersuara untuk hal-hal yang masih dianggap tabu itu.
Menurutnya hal tersebut tak bisa dibiarkan lagi terjadi.
Postingan Nabiyla itupun dengan cepat jadi sorotan warganet hingga menyebar di Twitter dan Instagram.
Banyak warganet yang merasa ngeri dengan 'pemandangan' tersebut.
@MikaelDewabrata Seram emang dunia pendidikan. Kejadian kayak gini juga menimpa sekolah loh. Banyak ceritanya. Edukasi gini perlu disebar sampe tingkat smp, karena usia segitu mereka ga berani #SpeakUp
@riryby Wah gila sih, merinding liatnya
@Arhyproevo WOW, apakah kampus sekrang di isi oleh pendidik yg berfokus pada selangkangannya dan tidak memiliki moral sebagai orang yg d percaya untuk menjadi pengajar di perguruan tinggi, Ini perguruan tinggi loh bukan orang yang tiba tiba jadi dosen kan?
@OzackMiller Gw jd inget kk tingkat gw kuliah, dia mnghilang gara2 syarat kalo mau di acc kudu kencan dulu. Kasian dah
@ekkyy29 Masih banyak lagi,yg mungkin hanya bisa diam demi sebuah ijazah yg entah terpakai atau tidak
Apa Sih Womens March, kok Sampai Trending di Twitter dan Dikomentari Presiden?
Sabtu (3/3/2018), sebuah gerakan bernama Women's March Jakarta (WMJ) digelar.
Gerakan ini diadakan untuk merayakan Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya.
WMJ diprakarsai oleh aktivis perempuan untuk bersatu menuntut adanya perubahan.
Gerakan ini mendorong adanya perubahan sosial, budaya, hukum dan ekonomi agar hak-hak perempuan bisa diakui, dipenuhi dan dilindungi.
Gerakan ini memiliki visi dan misi agar Indonesia menjadi tempat yang ramah, aman, dan nyaman bagi semua perempuan.
Untuk tahun ini, WMJ memiliki tuntutan kepada pemerintah untuk menghapus kekerasan berbasis gender, termasuk identitas gender dan orientasi seksual dalam tingkat hukum dan kebijakan.
"Itu yang menjadi fokus kami karena beberapa alasan. Kami menuntut bukan hanya perlindungan tetapi juga bantuan hukum dan pemulihan untuk penyintas," kata Wakil Ketua Panitia Women`s March Jakarta 2018 Naila Rizqi Zakiah dalam jumpa pers di Aula Komnas Perempuan, Jakarta, Kamis (1/3/2018), dikutip dari Antara News.
Di tingkat kebijakan, aksi tersebut ingin mendorong adanya pengesahan RUU Penghapusan kekerasan seksual, RUU Pekerja Rumah Tangga, serta mengkritik Rancangan KUHP yang dinilai bermasalah dengan perluasan mengenai zina dan larangan distribusi alat kontrasepsi atau pendidikan kesehatan reproduksi.
Melansir dari akun Instagram Women's March Jakarta, ada delapan tuntutan yang mendesak pemerintah untuk melakukannya.

Dua diantaranya mengenai hukum dan kebijakan, menghentikan intervensi terhadap ranah privat sesorang, menuntut keadilan pada korban kekerasan berbasis gender, menyelesaikan akar kekerasan hingga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif menghapis praktik dan budaya kekerasan berbasis gender di segala lini kehidupan.
Tuntutan tersebut bukan hanya karena isapan jempol semata, menurut Komisioner Komnas Perempuan, Mariana Amiruddin, pada tahun 2017 setidaknya ada 173 perempuan meninggal akibat kekerasan seksual dan pembunuhan yang dilakukan oleh suami, pacar, paman bahkan ayah sendiri.
"Dan kematian itu tidak sangat wajar, kebanyakan mengalami penganiayaan, penyiksaan, mutilasi, biasanya jenazah mereka ditemukan di tempat lain. Dan persoalan mereka hanya satu, biasanya karena harga diri pria jatuh. Jadi hanya karena istri minta dibelikan mobil, mereka harus dibunuh, harus dipotong-potong, dan dibuang," kata Mariana pada konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/03) melansir dari BBC Indonesia.
Komnas Perempuan melihat bahwa pembunuhan terhadap perempuan tak bisa dianggap sebagai tindak kriminal semata, tapi sebagai bentuk kekerasan berbasis gender.
Presiden Joko Widodo pun turut menanggapi aksi ini lewat akun media sosialnya.
Di Twitter, Presiden Jokowi mengatakan bahwa "Membangun Indonesia, kita butuh perempuan2 yg tangguh. Perempuan tangguh dalam hidupku adalah Ibu Iriana. Selamat mengikuti Women’s March, dalam rangka Hari Perempuan Dunia tgl 8 Maret."
Selain di Jakarta aksi WMJ 2018 juga akan dilakukan di sembilan kota lainnya.
Antara lain, Salatiga, Sumba Denpasar, Bandung, Lampung, Serang, Surabaya, Malang dan Yogyakarta.
Netter pun banyak yang mencuitkan tentang Women's March Jakarta ini dan banyak tulisan-tulisan unik dan menggelitik namun juga kritis yang dipampang dalam poster atau pamflet yang dibawa peserta Women's March Jakarta 2018.



Tak hanya wanita, banyak pria pun yang mengikuti aksi ini.


