Kamis, 9 Oktober 2025

Tsunami di Banten dan Lampung

Cerita Slamet Mendengar Bisikan Anaknya 'Ayah, Bangun Yah' saat Digulung Tsunami

Slamet Purwanto (48) terlihat masih berbaring lemas di ruang perawatan bernomor 529, Rumah Sakit Puri Cinere

Fransiskus Adhiyuda
Slamet yang bekerja sebagai karyawan Staf Pemeliharaan gardu induk PLN ini merupakan korban selamat hantaman Tsunami yang menerjang Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Slamet Purwanto (48) terlihat masih berbaring lemas di ruang perawatan bernomor 529, Rumah Sakit Puri Cinere, Depok Jawa Barat, Senin (24/12/2018) siang.

Perban putih menempel di dahinya. Sekujur tubuhnya juga terlihat luka goresan. Bagian kepala, tangan hingga kaki. 

Tarikan nafas Slamet masih terlihat berat saat berbincang dengan sejumlah orang yang ada di ruangan. Meski begitu, senyum Slamet terus terpancar saat sejumlah orang menyalami dan memberikan semangat kepadanya.

Slamet yang bekerja sebagai karyawan Staf Pemeliharaan gardu induk PLN ini merupakan korban selamat hantaman Tsunami yang menerjang Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam.

Slamet saat ini masih mendapat perawatan intensif tim dokter. Ia menceritakan secara detail bagaimana detik-detik gulungan ombak Tsunami yang menyeretnya hampir 1 kilometer di tengah laut.

Mulanya, pada Sabtu (22/12/2018) malam, ia dan ratusan karyawan PT PLN Transmisi Jawa Bagian Barat (TJBB) tengah menikmati pertunjukan dari Band Seventeen di Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten.

Tak diduga, secara tiba-tiba, air laut naik dan merobohkan panggung pertunjukan.

"Pas musik di lagu kedua, tiba-tiba panggung roboh. Kita tidak melihat ada air atau apa. Panggung roboh, tenda roboh ke arah saya kan, saya tidak sempat menghindar dan langsung kena tiban," kata Slamet Purwanto.

Hantaman air itu membuat Slamet tak sadarkan diri. Ia hanyut terbawa air. Ia memperkirakan terbawa air hingga kurang lebih 1 kilometer dari bibir pantai Tanjung Lesung.

Di saat itu, Ia mengaku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan.

"Saat tidak sadar saya cuman terpikir, saya ikhlas jika harus dipanggil," ucapnya.

Namun, Tuhan berkata lain. Saat terhempas dan tenggelam di dalam air laut, secara mengejutkan ia mendengar suara putranya, Afdan Latief berusia 3 tahun.

Dari suara itu, kata Slamet, Afdan memanggilnya. Menyuruhnya untuk segera bangun dan sadar.

Air mata Slamet pun bergenang di kelopak mata saat mengulang bisikan anaknya itu.

"Yah (ayah), bangun yah. Ayah bangun, bangun yah," tutur Slamet.

Seketika, ia langsung tersadar. Teringat anaknya yang selalu memanggilnya ayah ketika bertemu di rumah.

"Setelah itu saya langsung sadar dan saya bernafas, setelah saya bernafas teryata bukan udara yang saya hirup, tapi air laut," ungkapnya.

"Kalau enggak ada suara anak saya itu, suara anak saya yang membuat saya tiba-tiba sadar dan terbangun. Karena anak saya kan denger suaranya, umur 3 tahun, saya sadar itu, kalau enggak ada panggilan itu saya enggak tau deh," tambahnya.

Dengan kemampuan renangnya, ia berusaha menggapai permukaan laut.

Sesampainya di permukaan, ia meraih sebuah balok berukuran 3 meter untuk dijadikan pelampung. Meski begitu, ia sempat tak tau arah tujuannya untuk menyelamatkan diri.

Gelap dan teriakan minta tolong terus terdengar saat Slamet berusaha menyelamatkan diri sambil berenang.

Ia sempat menolong salah satu perempuan yang merupakan panitia penyelenggara acara getring PLN itu.

"Saya berenang, alhamdulillah saya bisa berenang, kondisi gelap. Saya tidak tahu darat itu di sebelah mana. Saya cuma lihat ada cahaya patokannya itu pasti darat. Saya langsung kesana, fokusnya kesana," ujarnya.

"Di sekeliling saya banyak minta tolong-tolong terus hilang, tinggal suara satu aja, saya nolongin orang, tau itu cowok atau cewek, saya sodorkan papan itu ke dia trus saya suruh dia pegang trus saya tarik. Saya tanya, mba siapa namanya, Vira. Bisa berenang tidak, enggak, saya terus berupaya bawa ke darat," ungkap Slamet.

Saat ini, Slamet dan 17 orang karyawan PT PLN masih mendapat perawatan intensif di RS Puri Cinere.

Diketahui, dari total peserta gathering PT PLN sebanyak 199 orang, sebanyak 29 orang meninggal dunia, 157 orang dinyatakan selamat, 18 orang dirawat dan sisanya masih dinyatakan hilang.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved