Polisi Tembak Polisi
6 Fakta Polisi Tembak Polisi di Polsek Cimanggis : Emosi yang Berujung 7 Kali Tembakan hingga Tewas
Berikut enam fakta polisi tembak polisi di Polsek Cimanggis : Emosi yang berujunf 7 kali tembakan hingga tewas. Simak selengkapnya!
Penulis:
Citra Agusta Putri Anastasia
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
Berikut enam fakta polisi tembak polisi di Polsek Cimanggis : Emosi yang berujunf 7 kali tembakan hingga tewas. Simak selengkapnya!
TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa polisi tembak polisi terjadi di Polsek Cimanggis, Depok, Kamis (26/7/2019) malam.
Insiden yang terjadi di ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) tersebut menewaskan satu orang polisi.
Berawal dari emosi, Brigadir RT menembak rekannya, Bripka RE, hingga tewas.
Adapun, Bripka RE merupakan anggota samsat Polda Metro Jaya.
Baca: Penembakan Terjadi Saat Bripka Rahmat Selesai Mengamankan Pelaku Tawuran
Baca: Saksi Mata Cerita Suasana Kantor Polisi Cimanggis Saat Polisi Ditembak Rekannya Sendiri
Baca: KRONOLOGI Lengkap Polisi Tembak Polisi,Brigadir RT Berondong Korban 7 Peluru Dari Leher sampai Perut
Peristiwa ini dikonfirmasi oleh Kasatreskrim Polresta Depok, Kompol Deddy Kurniawan.
"Ya benar ada penembakan," ucap Deddy saat dikonfirmasi, Jumat (26/7/2019), dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono juga membenarkan hal tersebut.
"Ya benar (ada penembakan antara dua polisi) ," kata Argo.
Berikut lima fakta polisi tembak polisi di Polsek Cimanggis, dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber :
1. Berawal dari Pelaku Tawuran
Kejadian bermula dari pelaku tawuran.
Awalnya, Bripka RE mengamankan pelaku tawuran berinisial FZ sekitar pukul 20.30 WIB.
Bripka RE yang merupakan warga Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Tapos, Depok.
Ia bermaksud melaporkan FZ ke bagian SPK Polsek Cimanggis yang diterima langsung oleh Kepala SPK 1 Ipda Adhi Bowo Saputro.
Dilansir Kompas.com, FZ kedapatan tawuran dengan memiliki barang bukti senjata tajam berupa clurit.
Beberapa saat kemudian, orang tua FZ datang ke kantor Polsek Cimanggis.
Mereka didampingi oleh Brigadir RT dan Brigadir R.
Orang tua FZ dan Brigadir RT diketahui sama-sama warga Kelurahan Jatijajar, Kecamatan Tapos, Depok.
Kedua polisi tersebut meminta Bripka RE untuk melepaskan FZ.
"Mereka meminta FZ dibebaskan, namun ditolak oleh Bripka RE," kata Argo saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (26/7/2019).
2. Penembak Emosi
Brigadir RT merasa penolakan yang disampaikan Bripka RE bernada kasar.
Kata-kata Bripka RE yang dianggap kurang menyenangkan menyulut emosi Brigadir RT.
"Proses sedang berjalan dan saya sebagai pelapornya," jawab Bripka RE dengan suara tinggi kepada Brigadir Rangga, seperti tersebut dalam laporan.
Tak terima dengan suara bernada tinggi oleh Bripka RE, Brigadir RT kemudian pergi menuju ruangan Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis.
Ia mengambil senjata api untuk melancarkan aksinya.
3. Penembakan 7 Kali
Brigadir RT mengambil senjata api di ruang SPK.
Keluar dari ruangan, ia memberondong peluru kepada Bripka RE sebanyak tujuh kali.
"Lalu, dia (Brigadir RT) menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali tembakan pada bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo.
Penembakan sebanyak tujuh kali tersebut membuat Bripka RE roboh seketika.
4. Gunakan Senapan SHS-9
Saat menembak Bripka RT, Brigadir RE menggunakan senapan SHS-9.
Dilansir Tribunnews, senapan SHS-9 adalah senapan genggam semi otomatis kaliber 9 milimeter.
SHS-9 merupakan senjata standar anggota Polri.
5. Meninggal di Tempat
Penembakan tersebut merobohkan Bripka RE.
Ia tewas seketika di tempat.
Bripka RE pun segera dilarikan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk keperluan otopsi.
"(Jenazah korban) sudah dibawa ke Rumah Sakit Polri," kata Argo.
6. Keterangan Saksi
Suasana Polsek Cimanggis Kamis (24/7/2019) malam sempat mencekam seusai terdengar suara letusan diduga dari senjata api.
Berdasarkan informasi yang TribunJakarta.com terima, seorang anggota polisi menjadi korbannya setelah suara letusan senjata api tersebut terdengar.
Yudi, seorang saksi di lokasi kejadian mengatakan, sempat mendengar empat kali suara letusan yang diduga dari senjata api.
"Saya sih dengarnya empat kali suara letusan tembakan," ucap Yudi di lokasi kejadian, Jumat (26/7/2019).
Yudi menuturkan, setelah terdengar suara letusan, ia melihat seluruh anggota Polisi Sektor Cimanggis diminta keluar dan keadaan sempat ricuh.
Baku Tembak dengan Polisi
Dilansir Tribun Lampung, jajaran Polda Lampung menembak mati dua rampok sadis yang melawan saat akan ditangkap pada Kamis, 28 Maret 2019.
Drama baku tembak polisi dan penjahat pun sempat terjadi saat penangkapan di Jalan Purnawirawan 6A Gunung Terang, Langkapura, Kota Bandar Lampung.
Kedua perampok sadis tersebut akhirnya tewas ditembus timah panas.
Kasubdit III Jatanras Polda Lampung, AKBP Ruli Andi Yunianto mengatakan, kedua tersangka dikenal nekat dan tak segan melukai korbannya.
Keduanya merupakan jaringan spesialis pencurian rumah kosong.
"Yang di Jalan Nusantara, juga mereka berdua. Jadi, mereka ini pemetik yang memang incar rumah kosong. Kalau tepergok, akan melakukan kekerasan," tuturnya.
Dari tujuh TKP, kata Ruli, kedua tersangka pernah melakukan aksi pencurian di Bilabong, Kemiling.
"Di Bilabong ini, pelaku sempat menyandera anak pemilik rumah. Kejadian ini pada bulan Januari," paparnya.
Drama baku tembak polisi dan penjahat di Bandar Lampung ternyata memiliki kisah heroik.
Polisi menyelamatkan nyawa seorang ibu yang ditembaki penjahat saat buka pintu rumah.
Kejadian menegangkan polisi menyelamatkan seorang ibu yang ditembaki penjahat berlangsung sebelum aksi baku tembak polisi dan penjahat terjadi.
Peristiwa baku tembak polisi dan penjahat terjadi di Jalan Purnawirawan 6A Gunung Terang, Langkapura, Kota Bandar Lampung, pada Kamis (28/3/2019).
Kedua penjahat tersebut akhirnya tewas tertembus timah panas.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Lampung, AKBP Adrian Indra Nurinta menuturkan, kedua pelaku pencurian dengan pemberatan (curat) bernama Dedy Irawan (37) dan Hendri (36).
Saat hendak ditangkap, keduanya bersembunyi di rumah kosong.
Rumah kosong itu berada di belakang rumah pelaku.
"Anggota mengetahui bahwa kedua pelaku lompat pagar dan bersembunyi di rumah kosong, yang dalam kondisi terkunci," ungkap Adrian Indra Nurinta saat gelar perkara, Jumat, 29 Maret 2019.
Polisi lalu memeriksa rumah kosong tersebut.
"Beruntung, ada yang membantu. Ada ibu-ibu yang diserahi kunci," kata Adrian Indra Nurinta.
"Ibu tersebut mengajukan diri untuk membuka pintu karena pintu rumah sulit dibuka. Hanya ibu tersebut yang bisa membuka," kata Adrian menambahkan.
Peristiwa menegangkan kemudian terjadi saat ibu tersebut berusaha membuka pintu rumah.
"Saat dibuka itu, pelaku di dalam rumah sudah menodongkan senpi ke ibu tersebut. Beruntung bisa ditarik oleh anggota, sehingga tembakan tidak mengenai sang ibu," ungkap Adrian.
Adrian menuturkan, ibu tersebut langsung dibawa ke tempat yang aman.
"Lalu, kami lakukan tindakan tegas," kata Adrian.
"Jadi benar, waktu penangkapan terjadi baku tembak. Beruntung, anggota dan masyarakat selamat semua," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Kompas.com/Cynthia Lova/Rindi Nuris Velarosdela/Tribun Jakarta/Januar Adi Sagita)