Sabtu, 6 September 2025

Rusuh di Papua

Disebut Dicintai Orang Papua, Gus Dur Lakukan 3 Hal untuk Papua: Sumbang Rp 1 M hingga Ubah Nama

Ribuan pengunjuk rasa itu menggelar aksi damai protes atas aksi persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

Penulis: Daryono
Kompas/ Hendra A Setyawan
Puluhan aktivis dari Aliansi Masyarakat Sipil untuk Toleransi berunjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (16/11/2013). Aksi damai tersebut untuk memperingati Hari Toleransi Internasional yang jatuh pada hari ini, bertujuan menyuarakan komitmen dan aksi nyata untuk menghargai dan bekerja sama dalam perbedaan. 

Nama Papua disebutkan dalam Manifest yang dicetuskan Komite Nasional Papua yang menyatakan, "Nama tanah kami menjadi PAPOEA BARAT dan nama bangsa kami menjadi PAPOEA."

Manifest tersebut ditulis dalam sebuah harian "Pengantara" pada 21 Oktober 1961.

Terkait pengembalian nama itu, dalam tulisannya, B Josie Susilo Hardianto yang dimuat Kompas.com pada 4 Januari 2010, orang Papua bersedih saat Gus Dur meninggal. 

Berikut tulisan B Josie Susilo Hardiant: 

Anton Sumer tercenung di depan televisi.

Pemberitaan tentang wafatnya mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid menyita seluruh perhatiannya.

”Ai, aduh. Kami, orang Papua, layak bersedih. Beliau bapak kami orang Papua. Beliau pula yang mengembalikan lagi nama Papua,” kata Anton sambil memegang kepalanya.

Dulu, semasa Orde Baru, tabu jika orang Papua menyebut diri mereka sebagai orang Papua.

Namun, oleh Gus Dur tembok-tembok ketakutan itu diruntuhkan.

Dulu Papua disebut dengan Irian, demikian juga dengan penduduknya, orang Irian.

Dulu, meskipun secara politis mereka segan menyebut diri mereka dengan Papua karena takut diidentikkan dengan Organisasi Papua Merdeka, jauh di dalam hati mereka adalah orang Papua.

”Karena Gus Dur, kami tidak takut-takut lagi menyebut diri kami orang Papua, dan kami bangga dengan itu,” kata Yehezkiel Belaw, seorang pemuda asli Paniai.

3. Sempat Memperbolehkan Bendera Bintang Kejora Dikibarkan

Presiden Gus Dur sempat memperbolehkan bendera Bintang Kejora dikibarkan di Papua pada 1 Desember yang merupakan hari ulang tahun kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Mengutip situs Alif.id, Gus Dur menyebut bahwa bendera Bintang Kejora hanya sebuah umbul-umbul seperti bendera saat pertandingan sepakabola.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan