Selasa, 14 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Terkini Ricuh Wamena: Diduga Dipicu Hoaks, 16 Orang Tewas Hingga Dinyatakan Kondusif

Sejumlah fakta kericuhan di Wamena, 16 orang tewas hingga layanan internet diblokir

HO/Tribunnews.com
Massa pengunjuk rasa bakar kantor Bupati Jayawijaya di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM, WAMENA - Terjadi kericuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019).

Aparat kepolisian menduga kericuhan dipicu kabar hoaks terkait perkataan berbau rasisme.

Baca: Aparat Jaga Sejumlah Obyek Vital di Wamena, Situasi Mulai Kondusif

Informasi tersebut telah cepat menyebar luas dan memicu kemarahan massa.

Dari laporan jurnalis Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, kemarahan massa diluapkan dengan membakar kantor bupati Wamena, rumah warga, PLN dan beberapa kios milik masyarakat.

Tak hanya itu, kerusuhan merembet ke sejumlah obyek vital lainnya, antara lain bandar udara Wamena.

Baca: Kerusuhan di Wamena, Berawal dari Kabar Hoaks hingga Pembatasan Internet Kembali Dilakukan

TNI dan Polri pun segera dikerahkan ke lokasi kerusuhan untuk mengendalikan situasi keamanan.

Berikut ini fakta seperti dikutip dari Kompas.com:

Penjelasan Kapolda Papua terkait informasi hoaks

Terjadi pembakaran sejumlahj rumah di Wamena
Terjadi pembakaran sejumlahj rumah di Wamena (HO)

Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja memastikan alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks).

"Wamena minggu lalu ada isu, ada guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga sebagai bentuk solidaritas mereka melakukan aksi," ujarnya di Jayapura.

Sementara itu, polisi sudah melakukan penyelidikan terkait benar tidaknya ujaran bernada rasialis tersebut.

Hasilnya, informasi itu tidak benar alias hoaks.

"Guru tersebut sudah kami tanyakan dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kami pastikan. Jadi kami berharap masyarakat di Wamena dan di seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum tentu kebenarannya," tuturnya.

Warga panik dan ketakutan saat kerusuhan pecah di Wamena

Kerusuhan di Wamena
Kerusuhan di Wamena (HO/Tribunnews.com)

Berdasar laporan dari John, akibat aksi massa tersebut sebagian warga panik karena kehilangan anggota keluarga.

Selain itu, kini semua warga di kota itu sudah mengungsi ke kantor polisi dan Kodim.

Sementara unjuk rasa massa masih berlangsung.

Massa berusaha merangsek masuk ke pusat bisnis Wamena.

Namun, mereka segera dihadang aparat kepolisian.

"Kami berharap pemerintah ataupun pihak swasta membantu kami yang kekurangan makanan. Kami juga butuh baju karena yang kami bawa cuma baju di badan saja," kata Jenab Napitupulu, salah satu warga Wamena.

Sebanyak 16 warga tewas dalam kerusuhan

Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengatakan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dalam kerusuhan.

Sementara, 65 orang lainnya menderita luka-luka.

"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas.

Saat ini, ia memastikan bahwa situasi mulai kondusif.

Namun, seluruh aparat masih dalam posisi siaga.

"Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Candra.

Warga pilih mengungsi karena trauma

Akibat kerusuhan massa, ribuan warga di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, mengungsi Markas Polres dan Kodim Jayawijaya pascakerusuhan, Senin (23/9/2019).

Berdasarkan pantauan Kompas.com, setidaknya ada 3.000 pengungsi di Mapolres dan Makodim Jayawijaya.

Sebagian besar pengungsi mengaku trauma akan kerusuhan susulan.

Mereka juga telah kehilangan rumah akibat dibakar massa.

Sumber: KOMPAS.com (Rachmawati, Dhias Suwandi, John Roy Purba)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Fakta Baru Kerusuhan Wamena, 16 Orang Tewas hingga Ribuan Warga Mengungsi

Layanan internet dibatasi

Menanggapi kejadian itu, Kementerian Kominfo meminta operator seluler yang ada di Wamena untuk melakukan pembatasan alias throttling akses data internet di Wamena.

Hal tersebut disampaikan Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu melalui pesan singkat kepada KompasTekno, Senin (23/9/2019) sore.

"Pak Menteri sudah meminta operator untuk membatasi layanan data di Wamena dan sudah dilakukan oleh operator," kata Ferdinandus.

Kendati demikian, ia belum merinci operator seluler mana saja yang sudah melakukan pembatasan akses.

Ia pun belum menjelaskan sejak dan hingga kapan throttling ini akan dilakukan.

Sekitar pukul 09.00 WIB pagi tadi kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba melaporkan bahwa terjadi kericuhan dalam aksi unjuk rasa siswa di Wamena, Papua.

John melaporkan, aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran.

Hal itu berlangsung sekitar 4 jam.

Kendati begitu, siswa demonstran tetap bertahan dan bertindak anarkistis.

Baca: Viral di Media Sosial, Bullying yang Gemparkan Kota Pontianak, KPPAD Kalimantan Barat Beri Tanggapan

Dalam percakapan dengan John pun terdengar suara rentetan tembakan senjata api.

Kini semua warga di kota Wamena sudah mengungsi ke kantor polisi dan Kodim. Aktivitas di Kota Wamena pun tengah lumpuh. (Yudha Pratomo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Pemerintah Umumkan Pembatasan Akses Internet di Wamena

Mulai kondusif

Kerusuhan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019) mengakibatkan korban jiwa.

Komandan Kodim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Diyanto mengatakan, terdapat 16 orang warga sipil yang tewas dalam kerusuhan, sementara, 65 orang lainnya menderita luka-luka.

"Untuk korban, 65 orang luka, 16 meninggal, itu sipil semua. Aparat sementara tidak ada korban," ujar Candra Diyanto saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Namun, Candra belum bisa menjelaskan secara rinci penyebab korban tewas.

Baca: Wamena Ricuh, Kemenkominfo Kembali Blokir Layanan Internet

Saat ini, ia memastikan bahwa situasi mulai kondusif dan seluruh aparat masih dalam posisi siaga.

"Aparat stand by 24 jam, semua objek vital kita amankan. Secara umum untuk di kota kondusif, namun kita antisipasi ada aksi susulan," kata Candra.

Sebelumnya, demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.

Unjuk rasa yang berujung kerusuhan itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.

Baca: Menhan: Pelaku Pembacokan Anggota TNI di Papua Menyamar Jadi Mahasiswa

Hal itu membuat siswa marah hingga kemudian kabar itu meluas dan memicu aksi unjuk rasa pelajar di Kota Wamena.

Aparat kepolisian dan TNI berusaha memukul mundur siswa demonstran.

Hal itu berlangsung sekitar 4 jam.

Namun, siswa demonstran tetap bertahan dan semakin membuat kerusuhan.

Menurut Kontributor Kompas.com di Wamena, John Roy Purba, suara tembakan terdengar di mana-mana selama 3 jam.

Baca: Pertamina EP Asset Papua Field Resmikan Lifting Minyak Salawati Mix Ke Kilang Kasim

John Roy menyebutkan, sebagian warga panik karena kehilangan anggota keluarga.

Selain itu, semua warga di kota itu sudah mengungsi ke kantor polisi dan Kodim.

Massa yang berunjuk rasa berusaha merangsek masuk ke pusat bisnis Wamena.

Namun, mereka segera dihadang aparat kepolisian.

Wamena merupakan ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua.

Kota ini merupakan satu-satunya yang terbesar di pegunungan tengah Papua.

Di Wamena juga terdapat pusat bisnis, sehingga ketika terjadi kerusuhan, kawasan itu dijaga ketat aparat kepolisian.

Presiden Joko Widodo pernah dua kali mengunjungi Kota Wamena, yakni pada 28 Desember 2014 saat membicarakan persoalan-persoalan yang ada di daerah itu. (Kontributor Jayapura, Dhias Suwandi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: 16 Warga Tewas dan 65 Terluka Saat Kerusuhan Pecah di Wamena, Papua

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved