Kamis, 28 Agustus 2025

Hari Guru Nasional

Kisah Guru Honorer Gaji Rp 700 Ribu Sebulan, Malamnya Nyari Uang Tambahan Jadi Badut Hantu

Meski sudah 20 tahun mengabdi sebagai guru honorer, ia masih bergaji Rp 700 ribu per bulan.

Editor: Hasanudin Aco
Tribun Medan/Indra Gunawan
Musri, guru honorer SDN 105364 Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Serdangbedagai mendapat penghargaan pada Hari Guru, Senin, (25/11/2019). (Kiri) Musri saat beraksi menjadi hantu. Sosoknya ketika jadi hantu. Tribun Medan/Indra Gunawan 

TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Bertepatan dengan Hari Guru Nasional 25 November 2019, kesejahteraan guru honerer menjadi perbincangan.

Guru honorer di Sumut, Musri (46) mengaku hanya dibayar Rp 700 ribu sebulan.

Musri (46), merupakan guru kelas VI di SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai.

Meski sudah 20 tahun mengabdi sebagai guru honorer, ia masih bergaji Rp 700 ribu per bulan.

Gaji yang sangat sedikit itupun diterima setiap tiga bulan sekali.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari banyak hal yang ia lakoni.

Baca: Selain Ucapkan Selamat Hari Guru, Vanessa Angel Sampaikan Pesan Tuk Adik-adiknya yang Masih Sekolah

Baca: Nadiem Makarim Sampaikan Pidato Hari Guru Nasional 2019 Melalui Video di Kemendikbud, Simak Pesannya

Salah satunya adalah dengan menjadi "hantu" sejak sepuluh tahun belakangan.

Ia berperan sebagai hantu penghibur dalam rombongan keyboard (organ tunggal) yang sering diundang pada pesta khitanan atau pernikahan di kampung-kampung.

Di Kabupaten Serdangbedagai, hiburan ini sering dikenal sebagai Keyboard Mak Lampir.

"Gaji cuma Rp 700 ribu per bulan, ya harus pintar-pintarlah cari tambahan. Job-nya itulah, jadi sundel bolong atau pocong.

Nge-job-nya sama kawan-kawan dan sebulan minimal bisa tampil empat sampai enam kali."

"Sekali tampil bisa bergaji Rp100 ribu sampai Rp 125 ribu per orang tergantung jauh dekatnya lokasi acara," kata Musri Senin, (25/11/2019).

Musri yang mengaku merias diri sendiri untuk keperluan manggung ini telah menghibur bersama kelompoknya sampai ke Balam Pekanbaru.

Ia mengaku tidak malu melakoni pekerjaan itu.

Meski terkadang merasa profesinya sebagai guru sangat jauh dari pekerjaan sebagai penghibur Keyboard Mak Lampir, namun demi sesuap nasi ia siap untuk melakukannya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan