Rabu, 27 Agustus 2025

Cerita Dokter Fadhil 8 Tahun Bertugas di Natuna Kala Warga Setempat Lebih Percaya pada Dukun

Kapal tenggelam dan pernah dikejar benda tajam parang hingga diguna-guna dan bahkan ditolak warga sebagai dokter kerap dilalui Dokter Fadhil.

Editor: Dewi Agustina
Tribunbatam.id/Bereslumbantobing
dr Fadhil pria asal Bandung yang telah menetap di Desa Tanjung Kumbik, Kecamatan Pulau Tiga, Natuna Provinsi Kepri sejak 2012 silam. 

TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Pekerjaan memang tak selamanya tentang persoalan uang, namun juga tentang hidup orang banyak.

Tinggal di pulau terluar dengan segala akses yang terbatas, namun hal itu tak mengurangi semangatnya untuk mengabdi.

Dia dr Fadhil pria asal Bandung yang telah menetap di Desa Tanjung Kumbik, Kecamatan Pulau Tiga, Natuna Provinsi Kepri sejak 2012 silam.

Sembari duduk di bawah pohon yang rindang, Jumat (14/02/2020) pagi, Fadhil menyebutkan perjalanan seorang dokter di pulau terluar memang tak selalu nikmat, penuh perjuangan bak pertaruhan hidup dan mati.

Kapal tenggelam dan pernah dikejar benda tajam parang hingga diguna-guna dan bahkan ditolak warga sebagai dokter kerap dilaluinya, namun semua itu tak kan menyurutkan misinya.

Tak pernah terlintas di benaknya untuk sampai dan hingga menetap di pulau, namun rezeki berkata lain.

Dengan meneguk teh botol di bawah mentari pagi yang bersinar, dokter Fadhil menceritakan awal mula ia bertugas di Tanjung Kumbik itu.

Bebatuan granit indah Jelita Sejuba di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna.
Bebatuan granit indah Jelita Sejuba di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna. (TRIBUNNEWS/THERESIA FELISIANI)

Tahun 2012 saya dikirim pusat jadi dokter keluarga ke Natuna. Iyaa, mungkin karena memang latar belakang saya dokter umum.

Namun waktu itu saya juga berpikir-pikir untuk menetap di sebuah pulau di ujung Indonesia dengan cerita-cerita yang memiliki mitos tinggi.

Dan perlahan lahan tugas itu dijalani dengan tekun dan hati yang lapang di kampung ini.

Bahkan sejak Fadhil mulai menetap di pulau, ia mulai merasakan perubahan yang sangat drastis.

"Iya berbeda lah bak 360 derajat perubahan hidup sewaktu di Bandung dengan saat ini. Tak ada akses pendukung, bahkan penerangan pun disini belum ada hingga layanan kesehatan," ucapnya.

Namun hal itu tidak menjadi penghambat bagi seorang Fadhil.

Baca: Berebut Stok Hand Sanitiser Terakhir di Supermarket, Gadis 17 Tahun Tusuk Pria Tua dan Anak-anak

Baca: Observasi Kesehatan Selesai, WNI di Natuna Diangkut Pakai 4 Pesawat ke Jakarta Hari Ini

"Iya bagiku pengabdian seorang dokter memang butuh pengorbanan, tak hanya tentang bisa mengobati pasien namun juga mampuh mengubah sebuah peradaban masyarakat," tegas Fadhil dengan semangatnya.

Hari demi hari Fadhil mulai menetap dan menekuni aktivitas sebagai dokter di perkampungan itu, ia mulai membaur dengan warga masyarakat dan perlahan mendatangi warga yang sakit dan membutuhkan layanan kesehatan, namun pekerjaannyanya justru mendapat penolakan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan