Senin, 1 September 2025

Suasana Kondusif Pasca Bentrok di Pulau Adonara yang Menewaskan 6 Warga

Kapolres Flotim AKBP Deny Abrahams mengatakan situasi sudah kondusif pasca bentrok yang menewaskan 6 warga di Pulau Adonara.

Editor: Dewi Agustina
ISTIMEWA
Salah satu korban dalam pertikaian masalah tanah di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Kamis (5/3/2020). 

TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA - Perang antarsuku meletus di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Kamis (5/3/2020) sekitar pukul 10.00 Wita.

Pertikaian memperebutkan lahan kebun di Wulanwata itu menewaskan enam orang.

Korban berinisial MKK (80), YMS (70), YOT (53), SR (68), YH (70) dan WK (80).

"Semua korban petani dari kedua suku yang bertikai," kata Wakil Bupati Flotim, Agus Payong Boli saat dikonfirmasi via telepon, Kamis malam.

Pria yang akrab disapa Agus Boli ini menduga para korban terbunuh saat terjadi perang tanding.

Ia menyebut ada juga korban luka-luka namun belum diketahui keberadaannya.

Agus Boli beralasan lokasi kejadian cukup jauh dari Desa Sandosi.

Informasi tersebut ia peroleh setelah berkomunikasi via telepon dengan anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) dan aparat Desa Sandosi.

Baca: Tinggal Sebulan di Singapura, Orang Amerika Ini Dibuat Terkesan Pemerintah Sikapi Virus Corona

Baca: ASDP Siapkan Langkah Mitigasi Penyebaran Virus Corona

Ia menyesalkan kembali jatuhnya korban jiwa dalam pertikaian perebutan lahan di Wulenwata.

"Di Adonara kadang hukum formil tidak dipercayai dan masyarakat cenderung memakai metode adat pembuktian kebenaran lewat perang, sehingga ada istilah Lamaholot moen deino, moen hala tobano (engkau benar maka bertahan, engkau salah maka jatuh)," ujar Agus Boli.

Mantan anggota DPRD Flotim ini telah meminta pemerintah Desa Sandosi mengimbau kedua suku yang bertikai menahan diri dan suku-suku lainnya jangan terprovokasi.

"Kepada para camat sedaratan Pulau Adonara dan desa-desa lain, saya mengimbau menahan masyarakatnya jika punya niatan membantu suku-suku yang lagi bertikai di Desa Sandosi. Di Adonara secara lamaholot ada namanya "nara" atau sekutu lintas desa dan wilayah," ujarnya.

Ia mengatakan, pemda dan aparat keamanan akan menyelesaikan masalah yang ada.

Ilustrasi bentrok
Ilustrasi bentrok (Tribun Timur/Sanovra)

"Kepada masyarakat agar tidak boleh memuat di medsos hal-hal yang provokatif karena dapat peruncing keadaan di sana. Jika ada yang menulis bernada provokatif atau ujaran kebencian, saya minta Kapolres tangkap pihak-pihak yang dengan sengaja provokasi," tegasnya.

Menurut kader Partai Gerindra ini, Pemda Flotim telah meminta pihak kepolisian dan TNI agar mengirim pasukan lebih banyak dan siaga di Desa Sandosi dan sekitarnya sebelum korban dibawa masuk kampung karena dikhawatirkan situasi rusuh bisa terjadi saat itu.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan