Bukan karena Kelaparan Tak Makan 2 Hari, Yuli Diduga Meninggal akibat Serangan Jantung
Hari Pamungkas mengatakan, warga bernama Yuli yang meninggal pada Senin (20/4/2020), penyebabnya bukan karena kelaparan.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Pravitri Retno W
Berdasarkan keterangan suaminya, Kholid, Yuli diketahui banyak pikiran sebelum pingsan kemudian dibawa ke puskesmas.
Anak bungsu Yuli yang masih berusia 7 bulan, sebelumnya terus menangis, karena ASI yang diberikan hambar.
Baca: Memelihara Harapan di Tengah Pandemi Corona, Merry Riana: Jaga Imun, Jaga Iman, dan Jaga Pikiran
Baca: Penjelasan Lengkap Pakar IDI Soal Virus Corona Mati Sendiri dalam 14 Hari, Sistem Imun Dipertaruhkan
Baca: Tips Sehat Berkendara di Tengah Pandemi Covid-19
Sebelum meninggal, Yuli mengaku belum makan selama dua hari bersama suami dan keempat anaknya.
Keluarganya harus meminum air galon, untuk menahan rasa lapar akibat tak ada pemasukan saat pandemi virus corona.
Yuli dan suami sehari-hari kerja serabutan mengangkut sampah, dengan gaji harian.
Setelah jadi sorotan publik, keluarga Yuli mendapat bantuan dari sejumlah relawan.
Diberitakan sebelumnya, Yuli mengaku, sang suami memintanya untuk sabar dengan kondisi yang dialami.
"Dua hari, cuma diam aja, sampai saya sedih, Abah (suami) nyuruh sabar, sambil dielus-elus," ujar Yuli, dikutip dari YouTube Kompas TV, Minggu (19/4/2020).
Yuli mengaku, dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah, meski sempat mengajukan diri.

Ia ditolak sebagai penerima bantuan, karena dianggap masih menerima gaji dari dinas.
"Belum ada (bantuan). Saya udah ngajuin, katanya kalau masih dapat gaji, enggak dikasih katanya," ungkapnya.
Baca: 6 Makanan untuk Menu Buka Puasa Sehat, Termasuk Kurma dan Madu, Bisa Kembalikan Energi Tubuh
Baca: Segar dan Pasti Sehat, Suguhkan Jus Wortel Tomat untuk Keluarga Di Rumah
Baca: VIRAL Ibu Meninggal setelah Lahirkan Anak Kembar dan Koma, Suami: Bangun Sayang, Anak Kita Sehat
Yuli bekerja sebagai pegawai lepas yang dibayar sebesar Rp 25 ribu per harinya.
"Katanya karena kerjanya di dinas, kan ini bukan di dinas, tapi swasta, kerjanya per hari."
"Sekali masuk dibayar 25 ribu, kalau enggak masuk, enggak dikasih," jelasnya.
(Tribunnews.com/Nuryanti)