Ratusan Warga Aceh Sambut Jenazah Korban Amuk Massa di Tangerang: Istri, Anak dan Sang Kakak Pingsan
Kedatangan jenazah disambut ratusan warga setempat. Ibu korban, Nuraini (60), mengurungkan niatnya untuk melihat wajah anaknya terakhir kali.
Editor:
Dewi Agustina
"Sehingga sebelum jenazah dibawa turun dari ambulans, warga harus membawa istri korban yang sudah pingsan," ujar Keuchik Teupin Gajah, Muhammad Yusuf, kepada Serambi, Senin (11/5/2020).
Saat jenazah sudah diturunkan dari ambulans, anak kedua korban juga ikut pingsan dan ketika jenazah akan dibawa masuk ke rumah, giliran kakak korban yang pingsan.
Suasana menjadi sangat haru. Seluruh keluarga dan kerabat korban menangis.
Ibu korban, Nuraini (60), mengurungkan niatnya membuka peti jenazah untuk melihat wajah anaknya terakhir kali.
Baca: Gugus Tugas Diminta Kendalikan Kasus Covid-19 di Pulau Jawa Dalam 2 Minggu ke Depan
Nuraini mengetahui kabar anaknya meninggal dunia dari adik Basri, Saiful (28), yang mendapat kabar tersebut dari media sosial.
Saiful kemudian menghubungi kakak iparnya (istri korban), Irawati untuk memastikan informasi tersebut.
Nuraini akhirnya mendapat informasi langsung dari Irawati pada Minggu (10/5/2020).
Nuraini kemudian berpesan kepada warga desa, sebelum jenazah anaknya dikebumikan agar dibawa masuk ke dalam rumah karena ia ingin melihat wajah anaknya yang terakhir kali.
Ia sudah lama tak melihat wajah almarhum, sejak merantau ke Jakarta tiga tahun lalu.
"Sebelum jenazah tiba, Nuraini sudah berpesan kepada kami untuk membawa masuk dulu ke rumah, ingin sekali melihat wajah anaknya untuk yang terakhir kali sebelum dikebumikan," ujar Keuchik Teupin Gajah, Muhammad Yusuf.
Tetapi ibu korban batal membuka peti jenazah setelah mendengar nasihat dari Pengurus Persatuan Aceh Serantau (PAS), Akhyar, yang juga ikut dalam rombongan.
Sebelum jenazah dibawa masuk, Akhyar telah lebih dulu masuk ke rumah menasihati Nuraini agar membatalkan niatnya karena khawatir psikologisnya terguncang, apalagi mengingat usianya yang sudah lanjut.
"Ibu korban tak henti-hentinya menangis, begitu juga dengan keluarganya yang lain. Tapi akhirnya mengurungkan niat untuk membuka peti jenazah tersebut," ujar Keuchik.
Baca: Warga di Bawah 45 Tahun Boleh Bekerja, Pakar Kesehatan: Lawan Kita Bukan Ekonomi Tapi Pandeminya
Tak lama kemudian jenazah diserahkan kepada aparat desa untuk dilaksanakan fardhu kifayah.
Proses pemakaman korban berlangsung dalam suasana hujan.